Minggu, 13 November 2011

Suki; Chapter 9

Helo Helo, setelah mendapat kepercayaan diri dari orang yang kurang suka Ran diseluruh dunia, makin menggebu-gebu jadinya!


Sori ShinRan... sori Ran fans... Happy ConanAi fans...


------------------------------------------------meitantei Conan milik Aoyama Gosho-----------------------------------






Chapter 9: I’ve to go


 “Apa?” Kaito terpekik kaget. Av menganggukk. Mereka sudah lulus dan akan ke universiatas.
“Aku akan pergi ke Amerika.”
“Aku ikut.” Kaito tersenyum penuh kemenangan. Av menatap Kaito. Dinginnya desember. Av memeluk Kaito. “Bersama?”  Mereka mendekatkan wajah, dan mereka kembali saling merasakan kehangatan bibir pasangan.



Nun jauh disana, Conan masih bimbang, apakah dia akan minum APTX 4869 dengan resiko Ran pasti membencinya, B.O tahu dia masih hidup, dan nyawanya? Dia memilih tidak. Dia menanyakannya pada Ai.
“Ai, bagaimana menurutmu?” Tanya Conan.
“Yah, kau dari dulu ngebet ingin penawarnya selesai, sekarang selesai, kamu nggak mau balik. Saranku, ikutlah Kuroba-san dan Avei-san. Mungkin mereka mau membantu,” kata Ai, mecampurkan beberapaa botol cairan, mengikuti petunjuk dari kertas oleh-oleh Av. Conan hanya menelan ludah. Dia segera memijit nomor Av.

“Av?” katanya.
“Shinichi, ada apa?”
“Kau dimana?”
“Café, dengan Kaito. Nani?”
“Aku kesana,”
“Chotto ne! Shini…,” KLIK!



“Kau ikut kami?” Tanya Kaito dengan horror. Dia menatap tajam Conan.
“Daijobu, Kaito-niisan?” Conan tersenyum lebar. “Ya begitulah. Aku ikut kalian.”
“Nasib Ai-chan?” Av terdengar cemas.
“Dia bisa mengurus professor,” yakin Conan. Av kemudian tersenyum.
“Apa salahnya, ya, kan Conan-kun?” Av menggandeng Conan.
“Oi, tunanganmu siapa disini?” Kaito terlihat sebal. Av tertawa, mencubit pipi Kaito. Mereka bergandengan tangan. Conan jadi seperti anak mereka.






Wanita itu gembira ketika gadis itu keluar dari pesawat, dilanjuti lelaki muda, dan anak kecil. Wanita itu segera memeluk anak kecil, bersalaman dengan gadis dan lelaki itu.
“Watashi wa… Avei Kashiuu desu. Yoroshiku ne, Yukiko-sama,” gadis itu, Av, menunduk.
“Sugoi…. Kamu tahu namaku!” senyum Yukiko. “Panggil Yuki-san saja. Dan kamu?”
“Kaito Kuroba desu. Yoroshiku, Ojou-sama, Ojii-sama.”
“Kamu anak Toichi?” mata Yusaku tertarik. Kaito kaget karena Yusaku tahu namanya.
“So desune…” senyum Kaito.
“Toichi-san? Dia sangat pintar!” Yukiko nimbrung. Conan bingung.
“Kaa-san..”
“He? Okaa-san?” Yukiko kaget, membulatkan matanya.
“Kaa-san, mereka udah tahu. Nah, kokk bisa kenal.” Telephone Conan bunyi. Conan membacanya. Ran. Dia malas mengangkatnya.
“Moshi-moshi,” angkat Conan. Suara cemas Ran terdengar.
“Conan-kun? Kamu dimana? Aku tidak melihat siapapun, aku cemas!” seru Ran. Conan menghela napas.
“Aku di Amerika.”
“Syukurlah. Kamu di…? APA!? AMERIKA?” teriak Ran.
“Ya, memang kenapa Ran-nee-san? Ada masalah? Matte ne,” KLIK! Conan mematikan teleponnya.
“Ran-chan?” Tanya Yukiko. “Kenapa ah!” Conan menggandeng ibunya, agak menjauh.
“Jadi kenapa?” Tanya Yukiko.
“Aku suka orang lain.” Wajah Conan menjadi merah.
“Ah, Shin-chan. Aku tahu! Pasti… Ai-chan! Kan?” Yukiko tersenyum ceria. Conan hanya mencibir.
“Dia parter! Partner” ucap Conan.
“Tak mungkin! Ave-chan? Dia kan sudah dengan  Kaito-kun?” Yukiko bingung. Menyadari wajah anaknya bertambah merah, Yukiko tahu.
“Ha! Benar, kan? Nah, kalian sudah berpacaran?”
“Yukiko!! Conan! Cepat kerumah! Ceritanya nanti saja!” Yusaku berteriak dari jauh. Yukiko mengedip dan mereka segera berlari untuk ke mobil.





Rumah kediaman Kudo. Conan mencoba menceritakan kepada Yukiko. Yukiko mengerti. Dia tertawa sejenak.
“Kalau gitu, gaet dia,” Yukiko tertawa.
“Dia sudah tunangan.” Kata Conan. Senyum Yukiko jadi pudar.
“Tu…nangan?”
“Mana ada gadis mau pacaran ama anak kecil yang mengecil karena APTX 4869 sih kaa-san?!”
“Dengan Kaito-kun??” Yukiko bertanya.
“Tapi aku sudah berkali-kali berciuman dengannya kok.”
“Kamu kekasih gelappnya?” protes Yukiko.
“Bukan, tapi aku pernah. Tidur dengannya juga pernah sih.” Ungkap Conan.
“Kau menjijikan Shin-chan!” Yukiko memasang wajah horror.
“Tidur, mom. Tidur. Bukan meniduri.” Conan melahap roti yang disiapkan pelayan.
“Jadi, apakah dia pencium yang baik?”
“Aku merindukan sensasinya.” Conan angkat bahu.



“Besok mau ke onsen?” tawar Yukiko saat mereka makan.
“Tidak bisa, Yukiko. Aku ada urusan.” Yusaku berkata. Dia memakai jasnya yang rapi. Conan hanya menelan ludah.
“Aku… tidak keberatan.” Jawab Kaito.
“Ah bilang saja kau mikirnya kesana weekk.” Av menjulurkan lidah.
“Bakka! Siapa yang bilang begitu hah?” Kaito mencibir.
“Kaukan suka mengintip! Awas aja!”
“Weeekkk buktikan!”
Yukiko dan Conan hanya bisa menyaksikan.
“Shin-chan, mereka beneran tunangan?”
“Kali,” Conan masih menatap mereka.




Onsen itu panas. Mereka berempat segera turun dari mobil, lalu mengambil barang-barang. Tentu saja, Conan bergandengan dengan Av dan Av juga bergandengan tangan dengan Kaito. Mereka memesan onsen pribadi.
“Ah segarnya! Vei-chan! Sini!” Yukiko senang.
“Av nee-san?” Conan muncul.
“Ah! Hazukashi!”  Av bersembunyi. Conan menggenggam tangan Av.
“Sama aku, nggak takut kan Av?” Av merasakan aura Shinichi keluar.
“Shinichi…” Mereka berdua saling bertatapan. Karena Conan tidak lagi memakai kacamata, Av merasakannya. Senyum di bibir Av muncul. Dia lalu mendekatkan bibirnya ke Conan. Mereka mendekat, dan keduanya menyatu. Kaito cemberut melihatnya.
“Kaito-kun, tidak cemburu?” Tanya Yukiko.
“Yah, nggak sih. Tapi dia selalu punya tempat untukku di hatinya,” senyum Kaito menerawang.  Lalu Av dan Conan saling melepas. Mereka tersenyum. Lalu mereka turun ke onsen.
“Akujadi tidak nyaman.” Av memasang tampang à -_-

“AAAAA” teriak seseorang. Conan waspada. Ya, mereka selesai berendam, dan sudah mandi dan berpakaian malah.
“Ada kasus…” Conan segera berlari.  Av mengangkat bahu. Kaito menarik lengannya.
“Kamu kok cium dia tadi!?” seru Kaito.
“Memang kenapa?” Tanya Av.
“Kau…kan… tunanganku.”
Kaito mendorong Av kedinding. Dia mendekatkan mukanya dengan wajah menyeramkan.
Chu… kecupan menghampiri bibir Kaito.
“Untuk Shinichi, tidak apa-apa  kan?”
“Tapi…”
“Aku mencintaimu, Kaito.” Kata-kata ajaib itu memengaruhi Kaito lagi.
“OSHA! Ayo AV!” Kaito menggenggam tangan Av dan berlari.
“Chotto matte…”



Di sisi lain, Conan sedang menyelidiki kasus ini.
“Perempuan, diduga terbunuh karena pistol, jaraknya sekitar 20 meter, cukup dekat… kemungkinan sekitar…” Conan berlari lagi, 20 meter.
“Naruhodo… aku bisa melihat bekas pelurunya… jejaknya,” senyum Conan melebar. Tersangkanya, tentu saja ada tiga. Yuta Imashi, Noka Suroa, dan Iada Shinda.  Yuta berpakaian rapi, dan dia mempunyai dada yang cukup besar. Pakaiannya ketat, tidak terlalu ketat, memakai jeans abu-abu. Noka memakai kaos longgar dan rok. Dan Iada berperingai seram, memakai kacamata topi dan celana longgar.
“Pelakunya,” kata Conan perantara ibunya. “Adalah anda… nona Imashi-san. Coba, tolong anda keluarkan pistol yang anda simpan diantara dekat ketiak, dan pelurunya di dada.”
“Apa? Yukiko-san, mungkin?” inspektur heran.
“Aku menyerah. Aku memang membunuh perempuan ini. Kau tahu sekali, Bu Yuki.”
“Tentu saja. Lihat, bajumu yang ketat, ingin menunjukan bahwa kamu sama sekali tidak menyimpannya di baju, justru membuatku curiga.” Conan tertawa. Selesai, Conan berjalan dengan Yukiko.
“Cukup mendebarkan, Shin-chan. Vei-chan mana? Kaito-kun?” Yukiko menyari-nyari.
“Conan! Cukup lama aku menemukanmu. Fyuuh. “ Av memeluk Conan. Yukiko tersenyum.
 “Kaito-kun. Tidak jealous?” tannya Yukiko, mungkin ke 2000 kalinya.
“Iya sih,” ungkap Kaito pada Yukiko.
“Terus?”
“Hehe… mungkin hanya dia yang bisa jawab! AV-KUN!” teriak Kaito.
“Kamu panggil apa aku!?” Av meledak-ledak.
“Av-kun, memang kenapa?” Kaito memeletkan lidahnya.
“OH, Kai-chan… unyu deh! Oh, ya… makan ikan goreng yuk!” tawar Av.
“Ogah ah… gimana kalau kecoak goreng?”
“Ide bagus, tapi makanan utamanya ikan aja… sehat, ya, kan Yuki-san?” Av menoleh.
“Cuma kamu yang anggep gitu, kan?” Kaito berkacak pinggang.
“DOkter di dunia juga, tahu… kamu aja yang aneh.”
“Aneh apanya sih? Kamu sendiri, takut ama cacing. AHHAhAHHA!”
“Bakka KAito!”
“Weeekk…”
Saling ledekpun berlanjut. Hingga akhirnya mereka kecapaiian.


Rumah Kudo. Av segera ke kamarnya (yang sekamar dengan Conan; karena kamar nggak muat. Cuma ada 3, dan satu untuk Yusaku dan Yukiko, satu Kaito (Nggak mungkin digabung ama Av, kan? Menjijikan!  Sedangkan Av mau di kamar Conan, dan Conan alergi kamar tamu Dan akhirnya begitu…) Kaito hampir ngamuk karena ini.
“Sudahlah, ditubuh ini, kan dia masih kecil,” Av mengangkat bahu. “Aku tidak macam-macam, nih, cincinnya masih di tanganku,” dia menunjukan jarinya. Kaito menyipitkan matanya.
“Baiklah, bakka, aku percaya.”
“Kamu bilang aku apa tadi?”
“Bakka”
“Aku kurang denger,”
“Bakka,”
“Apa?”
“Ada tukang servis THT gak ya?”
“THT mana ada tukang servis!”
“Adain aja,” Lalu mereka kembali berdebat.


“Selamat malam, Conan.” Senyum Av. Conan mengangguk.
“Selamat malam… Shinichi…” kata Av lagi. Suaranya lebih lembut.



Conan POV

Aku tidak bisa tidur. Serius. Aku menatap wajahnya saja. Dia sahabatku, selain Haibara maksudku. Dia berusaha keras mengambil data tentang organisasi dan komplotan Kaito. Betapa bahayanya itu. Aku menarik napas. Lalu menyentuh wajahnya. Dia membuka mata. Mati aku.
Dia lalu memegang/menaruh tangannya diatas tanganku yang menyentuh pipinya.
“Dingin, kan? Aku memang wanita yang dingin, tidak seperti kamu, Shinichi.” Dia tersenyum lagi. Aku menyukai senyumnya.
“Aku wanita yang…,” dia berhenti. “Brengsek,” ucapnya lagi. Aku terkejut.
“Nande?” tanyaku.
“Well, aku tunangan dengan Kaito tapi menciummu. Aneh, kan?” Av mengagkat bahunya. AKu hanya menghela napas.
“Ya…” ucapku. Dia tersenyum kepadaku.
“Ayo, main tebak-tebakan. Kalau aku bilanng kamu antara kirai (benci) dan kirei (cantik,bagus) yang mana akan kukatakan?” Av mengucapkan teka-teki.
“Tidak keduanya.” Av tersenyum, artinya benar. “Karena kalau diucapkan cepat, jadi ‘kira-kira’ “ kataku.
“Meitantei… Conan” Dia mengucapkan itu, dan terlelap. Tapi aku dengar kata-katanya, saat mengigau.
“Kaito… Shinichi… aku harus melindungi mereka”
Well, siapa sangka namaku muncul di mimpinya?


Normal POV
“Ohayou!” seru Yukiko, mengetuk pintu kamar Conan dan Av. Yukiko membukanya.
“Pagi~~ Nee, Kaito dan Av, akan segera ke universitas! Dan Conan, kelas 2 menunggumu~ (Kelas 2 SD) tapi aku heran kenapa kau tidak tes universitas saja, ya?” Yukiko mulai memperhitungkan yang tidak mungkin.
“Arigatou, Yuki-san. Conan-kun, hayaku!” Av tersenyum nakal.
“Chotto ne, Av-neechan” Conan mengacingkan bajunya, mengambil pita, jam tangan, dan dia siap untuk pergi.
“Ohayou, Av!”
“Kenapa?” Av mencibir.
“Bukannya jawab!” Kaito mencibir juga.
“Ya, sori deh, fishy!”
“Fishy?! NANDE!? BAROU!”
“BAKKA”
Dan perdebatan mulai lagi.
“Oi, masih pagi lho…” kata Conan. Mereka berhenti.
“Cih,”
“Cih.” Av mendecak. “Bakka Kaito!”
“1jdahd^*^E(#Y#Ddhia^GE#TRGHONynbhehr&$#(OUjf”
“KALIAN DIAM!” Seru Yusaku. Bzzt. Ajaib. Kaito dan Av langsung terdiam.
“Bagus. Apa sih, yang dipikikran Toichi, sampai mempunyai anak seberisik ini.” Yusaku menggelengkan kepala. “Dan kenapa kalian bisa sampai tunangan?!”
“Ano… etto… Kaito? Kita tunangan ya?” Av mengingat-ngingat.
“Ingatanmu buruk sekali sih!” Kaito menjulurkan lidah.
“Yee ngaku deh kamu!”
“Nggak ngaku lho! Emang aku bilang iya?”
“Bahasmu deh!”
“Barou~”
“Bakka~”
“CUKUP! Aku Tanya!” Yusaku sampai volume lumayantinggi. “Tidak boleh mengucapkan Barou dan Bakka lagi, di rumah ini! Mengerti kalian berdua? Mataka,” Yusaku duduk dan membaca Koran.
“Summimasen.” Av menunduk. Dan mereka berdua segera makan makanan.




“Kudou?” Tanya Ai yang menelpon Conan.
“Nani?” jawab Conan malas.
“Gin. Dia di Beika. Aku melihatnya, mondar-mandir di rumahmu.”
“Benar?Aku segera kesana!” Conan panik.
“Oi Kudo, ini Jepang oi chott…” KLIK.
“Kaa-san, aku harus ke Jepang. Organisasi yang mengecilkan tubuhku di rumah kita. Aku akan pesan tiket.”
“?” Yukiko berusaha menangkapnya.
“Tunggu Shinichi!” Av segera berlari.
“Hello? I order airplane ticket to Japan…”
“Three.” Tambah Av, yang di belakang Conan.
“Apa? Tiga??”
“Ok, please wait. Japan… ookay. This is the ticket. Enjoy fly with us”
‘”Ah, Sankyu. Kaito ne, ini ada tiket ke Jepang… asyiknya!”
“Hei -_-“ Conan memasang tampang itu. Lalu mereka segera ke area penerbangan. Disitu banyak sekali turis. Dan mereka segera naik pesawat.





“Mereka masih disitu,” bisik Ai tercekat. Tentu saja, kini mereka sudah mengikuti  mobil Gin, ke tempat markasnya. Dan… mereka melihat Anokata! Anokata itu… ya Anokata! (Maaf, tidak bisaa dijelaskan) Wajahanya seram, ditutupi masker.
“DOR DoR DOR DOR DOR!” Seluruh anggota mati. Anokata juga. Kecuali… Chris Vineyard. Dia terserempet sedikit.
“Berumotto… Vermouth,” Av tercekat. “Anak kesayangan almarhum Anokata… Sharon…  Ohoho…. Dasar orang terkenal.”
“Siapa kau?” Tanya Chris. Av tersenyum.
“Av Kashiuu. Kusebutkanpun kau tidak tahu, ya… atau Pierre…” Chris terhenyak.
“Kau… mantan organisasi…”
“Tentu saja. Hanya namaku yang tidak memakai jenis bir,”
“Lalu? Apakah kau akan mengasihaniku?”
“Itu tergantung Conan. Cool Guy…”
“Oh yeah. Him. I don’t know… and I don’t care.”
“Ah sure you care about the stupid girl named Ran Mouri. I suspected that her father is Anokata, because this,  similarly looked like Sherlock Holmes story. So, professor James Moriarty, the back name, same, Mori. That’s why, I hate Nakamori girl also. They’re the same.”
“To the point” Balas Chris.
“Okay, you called her angel. But you said, Angel never smile to me. Non sense. Long conversation, huh? “
“Mereka ngomong apa sih?” bisik Kaito, yang sudah datang. 
DOR

“Siap minum penawar?” Tanya Ai. Conan lalu mengambil penawarnya.  Dia menyaksikan Genta, Ayumi dan Mitsuhiko.
“Ayumi, kamu suka sama Conan?” Tanya Yukiko. Ayumi mengangguk malu. “Bilang sekarang. Atau tidak selamanya”
“Conan, kau suka Ai?” Tanya Av. Conan bingung. “Sudah, bilang saja. Nanti,”
“Conan-kun! Aku suka padamu,” aku Ayumi. Conan mengerti.
“Terima kasih… aku, sebagai Conan, adalah orang yang bodoh… dan Ai, aku sayang kamu… selamat tinggal Conan…” Conan ke kamar mandi, dan segera meminumnya.




“HALO!” Shinichi menyapa.
“Lho, di dalam kan tadi Conan?!” Genta berkata polos.
“Anak-anak, akulah Conan.” Aku Shinichi. Ayumi kaget, pingsan rasanya.
“Tenang, perasaanmu sudah tersampaikan pada Conan.”
“SHINICHI!” Av memeluk Shinichi. Pintu terbuka.
“Ai-chan… kau tahu di mana C…” Ran terhenyak. Dia melihat Shinichi.
“Ran nee-san! RAN-Nee-san! Tahu tidak? Conan ternyata Shinichi nii-san!” Kata mereka berbarengan, kecuali Ayumi tentu saja, yang sedih.
“Aku tidak percaya,” bantah Ran.
“Iya, tadi Conan yang masuk toilet, yang keluar malah Shinichi nii-san.”
“Jadi selama ini…” Ran kembali terhenyak.
“Ratu karate, tertipu dengan kacamata?” tukas Av sinis. “Ratu Karate, menghabiskan 100 lembar tissue?” Ran menyipitkan matanya.
“KAU! Yang bersama SHINICHI WAKTU PESTA!” Ran meraung, mulai menangis. “KAU PACAR SHINICHI!” kata-kata itu membuat Kaito berdiri.
“Salah, nona.” Av menunjukan cincin. Ran kaget lagi.
“Kau sudah bertunangan?”
“Ya, dengan pemudah bodoh ini.”
“Siapa yang kausebut bodoh?”
“KAu!”
“BAROU!”
“BAKKA!”
“Fishy!”
“Kau memanggilku dengan nama itu lagi!”
“Cocock! Nggak boleh?”
“Nnggak!”
Kembali terulang….
“Jadi Shinichi?”
“Yo, Ran. Lama tidak bertemu yah. Ha… ha…”
“Shinichi… maukah kau bersamaku?” Mata Ran berkaca-kaca.
“Maaf, Ran tidak. Aku tinggal dengan orang yang kusayangi. “
“Yaitu…?”
“Ibuku, Ayahku, Av… Kaito… dan juga, Shiho.”
“Shiho? Siapa itu?” Ran terheran.
“Lho? Kau kan sering bertemu dengannya. Dengan Ai-chan ini….” Ucap Shiho.  Penampilan Ai berubah total. Shiho…
“K…kau Ai-chan?” Ran tergagap lagi. Yalah, salah satu yang Gapin atau gagap informasi.
“Tentu saja.”
“Oh ya, Miyano, kau ikut ke Amerika?” Tanya Shinichi.
“Amerika @_@?” Ran semakin bingung.
“Hm… hakase kau ikut?” Tanya Shiho pada professor Agasa. Professor Agasa berpikir-pikir.
“APA YANG SEDANG TERJADI!???” Teriak Ran.
“Kau diam saja!” bentak Av.
“Kamu tahu apa sih?!” balas Ran tidak kalah solot.
“Aku tahu semuanya! Karena aku ikut ke amerika! Aku tinggal bersama Shinichi! Kaito juga! Ingatkah waktu Conan bilang dia d amerika? Aku juga disana!” jelas Av tidak sabar.
Ran terdiam.
“Baiklah, aku ikut ke Amerika asalkan,  tiga bulan sekali ke Jepang,” professor memutuskan. Shinichi menarik napas lega.
“Jaa…”  AV melambai. Sonoko tiba tiba datang.
“Kudo?” mata Sonoko membulat, bersama kedatangan Kazuha dan Heiji.
“Kau siapa?” mata Sonoko beralih ke Shiho.
“Ai Haibara,” jawab Shiho.
“Ai kan masih SD!” sonoko membantah.
“Pintar sekali. Anak masih SD bisa menciptakan ramuan APTX 4869 yang mengecilkan Shinichi Kudo dan aku sendiri. Hoho…” Shiho menghela napas.
“Jadi…?”
“Kau juga dikecilkan tubuhnya, sama seperti Kudo…” tambah Heiji.
“Heiji kau tahu?” Kazuha nimbrung.
“Jadi… begini.  Waktu aku dan Ran ke tropical rain. Aku tidak sengaja mendengar percakapan organisasi. Mereka takut dan mengecilkan aku dengan obat APTX 4869. Obat ini dibuat oleh Ai alias Shiho. Dan kemudian aku menyamar. Ai juga menyamar. Kami bertemu dan jadi partner yang kukuh. Kemudian aku pindah, bertemu dengan Kaito dan Av. Av tahu segalanya. Dan kemudian Ai meminumkanku obat , SWXE 4709  yang akan kembali membuatku jadi Conan kalau berdebar. Entah kenapa, Av membuatku berdebar. Sempat terjadi masalah, tapi kami jadi triangle pair. Puncaknya saat teman masa kecil Kuroba, yaitu Nakamori, mencium Kuroba, Av murka dan kemudian pergi bersamaku. Well, aku sempat jadi pasangannya. Dan kemudian Kuroba membuat Av pingsan dan kemudian Av mengatakan pesan terakhir sebelum dia pergi, selama setahun.  Aku sudah jadi Conan lagi. Setahun, dia kembali. Dia mempunyai data lengkap penawar dan tentang organisasi dan kepentingan Kuroba.  Kami ke Amerika. Mengetahui organisasi disini, kami kesini. Dan tadi kita membunuh seluruh anggota, dan tentu saja tidak bisa dibilang begitu. Ternyata Av menghilang untuk gabung dengan Organisasi demi aku. Dia terlibat. Kemudian aku berani mengoakan identitasku.” Cerita Shinichi. Ran melongo, sedangkan Heiji mengerti.
“Oh gitu Kudo.” Heiji manggutmanggut.
“Ja, kami ke amerika.”
Ran lalu memeluk Shinichi.
“Shinichi kenapa?” air mata berlinang di matanya. Dia menangis.
“Karena kau cinta pertamaku.” Semua yang diruangan itu berdebar. Kazuha tampak berdebar.
“Cinta pertama itu mustahil adanya…” Shinichi mengatakan. Lalu dia tersenyum. “Ciuman pertama ialah yang menjadi pasangan yang sangat ideal. Dan dia itu…”
“Av,” lanjut Kaito, dia tampak cemberut. Mereka terpana.
“Kudo jadi kau?”
“Hmph… begitulah. Dia ini menyebalkan. Padahal saat itu aku sedang berpacaran dengan Kaito. Malam waktu bertemu dengan Hattori-kun, ingat? Waktu ada kasus, dan aku menunggu.” Cerita Av. “Dan dia sebal karena teringat kejadian taburan bintang dengan Kait.. AW!” kaki Av diinjak KAito.
“Jangan ceritakan tentang malam itu!” Kaito mencibir.
“Ya gitu. Katanya dia sebal karena kalau dia menatap langit, bintang bertaburan dan ingat waktu aku dan Kaito AW! Kaito sakit! Aku nggak ceritakan kok! Dan Shinichi mendo AW! Shinichi!”
“JANGAN CERITAKAN!” bentak Shinichi dan Kaito berbarengan.
“A… apa yang terjadi?” Tanya Sonoko nafsu.
“Maaf, Sonoko. Shinichi dan Kaito melarangku.” Av tersenyum. Ran terlihat berkaca-kaca.
“Kalau begitu Shinichi… sekali saja… aku denganmu…” Ran berharap. Wjaha Shinichi jadi -_-“”
“Baiklah baiklah…” dan mereka mendekat, dan baru 2 detik kurang, mereka saling melepas.
“Sudah, kan?” senyum Shinichi, padahal seunyumnya tidak beegitu tulus.
“Kalau kau dengan Kashiuu-san, kauberapa lamapun mau, kan?” Wajah Ran jadi semakin marah. Shinichi angkat bahu.
“Ran, hentikanlah cintamu padaku. Aku tidak mencintaimu. Tapi itu pupus…”
“Setelah kau menemui cewek brengsek itu!” Teriak Ran. Dia mulai menangis.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar