Senin, 05 Desember 2011

Omake Suki 2


OMAKE

Author : Hoho… Kaito dan Av bermain baik, ya ^^ b
Av : Ini kamu sih! Nulisnya nggak nggak -_-
Kaito : Untung ini nggak ada adegan yg gimana2
Author : Oh, mau kumasukin?
Av : Mukul Author
Av : Yah sekarang gimana, males nih. Omake nya GAJE banget si.
Shinichi : Yah… dicuekin
Av : maaf ya, Shinichi
Shinichi : Oh nggak papa kok
lovey dovey
Kaito : -__- Av kamu cintanya ama siapa sih!
Av : Lho, didunia beneran kita pacaran? #kaget
Kaito : ->- pengkhianatan
Av : Maaf Kaito…
Shinichi : -^- b Akting yang bagus
Av : Lho? Lho?
Author : Nah, kita main TOD ya… idenya nanti saya kumpulkan ^^ b awal-awal Omake gaje ini harus ada masukannya… ohkeh?
Semuanya : Haee…

Minggu, 04 Desember 2011

Just Start Something New

Balik lagi :D~ -_-""
Author gaje Con x Ai :) Semoga senang ye! Tapi aku masih dukung Kaito x Av! Ganbare... ganbare!!




----------------------------------------------------------------------------



Just Start Something New.
  Chapter 1 : Be my girlfriend

     It can’t be help.” Conan berkata pada dirinya sendiri. Ai yang mengetik hanya menanggapi dengan ‘huh’ seperti biasa. Conan yang merasa tidak diperhatikanpun mengguncang tubuh Ai.
     “Sudah! Jangan membuat penawar itu lagi,” ucap Conan. “Aku akan hidup sebagai Conan. Yang bersama Ai Haibara.”
     3. 2. 1. Ai tertawa. Terbahak-bahak.
     “Oh, sudah menyerah rupanya? Tidak sepertimu yang biasanya itu,” katanya sinis.  Tapi Conan begitu serius, sehingga pipi Ai menjadi memerah.
     “Conan akan bersama Ai Haibara, menikah dan begitulah , kehidupannya.” Conan lalu mengambil keputusan. Ai hanya memutar matanya. Dia menarik napas.
     “Jadi, aku jadi pacarmu, gitu?” tanyanya dengan muka berbahaya. Tapi Conan tidak menatapnya, jadi tidak tahu.
     “Onegai.” Ucapnya, nadanya terdengar--- atau tersirat nada sedih. Ai merasa kasihan mengangguk.
    “Yay! Arigatou, Ai!”
     “Tapi kau harus nembak dulu!” Seru Ai, dia tersenyum menyeramkan. Conan mengangguk, tidak peduli apa yang dikatakan Ai.

                 
      Ran, kau sahabatku, kan? Conan mengirimkan itu ke nomer ponsel Ran. Ran menjawabnya.
     Iya, kan? Conan menerimanya. Dia menggumam pelan.
     Tidak lebih, bukan? Maksudku, yang kejadian di London… maafkan aku, Ran. Aku ingin cerita tentang seorang cewek. Conan bergetar saat mengirimkannya. Dan, sudah dia duga, SMS itu tidak dibalas. Dia menghela napas. Esoknya, dia berangkat sekolah lebih pagi. Ran sampai heran. Conan ternyata menjemput Ai.
     “Hakase, permisi. Haibara ada?” Tanya Conan ekstra sopan.
     “Shinichi-k..”
     “Panggil aku Conan.” Ucap Conan, tersenyum biasa. Hakase mengangguk, memanggil Ai.



Conan sudah sangat dekat dengan Ai hingga memanggilnya dengan nama depannya. Itu membuat Mitsuhiko iri, dan makin gencar mengincar Ai. Hingga sekarang, mereka kelas 1 SMP. Conan memutuskan untuk melepas kacamatanya, Ai juga, memutuskan untuk melepas ‘Haibara Ai’nya dan menjadi Shiho, walaupun namanya tetap Ai Haibara. Ran saat Conan kelas 6 SD sedang pergi. Dia pergi untuk kuliah di part of other Japan. Saat pagi-pagi, Conan memutuskan sesuatu.
“Ai, maukah kau jadi pacarku? Shiho, maukah kau jadi pacaarku?” Pinta Conan/Shinichi. Ai terkejut, dan menelan ludah. Dia mengangguk mengiakan. Dan mereka berjalan sambil memegang tangan masing-masing yang sukses membuat Mitsuhiko dan Ayumi iri.
“Conan-kun, ayo bersamaku.”
“Haibara, maukah kau ke kantin?”
“Maaf, tapi  kami sudah pacaran…” ucap mereka berdua. Ayumi juga kaget Conan makin mirip Shinichi dan Mitsuhiko menyadari Ai lebih ‘dewasa’. Sepulang sekolah, Ai segera ke rumah Conan untuk bantu-bantu. Memang, ada Eri yang membantu Kogoro, tetapi Ai tetap membantu. Kogoro sudah sangat sayang pada Ai. Sampai suatu hari, saat Conan pulang, Ran terkejut mengira itu Shinichi, memukul Conan.
“Cukup, Ran nee-chan! Ini  aku!” Seru Conan. Dibelakang Conan, Ai tersenyum lembut.
“Halo, Mouri-san.” Ucap Ai sopan. Ran terpana, seperti melihat Shinichi dengan perempuan lain. Ran meminta maaf pada Ai.
“Jadi,” goda Ran. “Pacarmu?”
“Iya,” jawab mereka. GUBRAK! Ran mengira, mereka akan menyangkal, tetapi ternyata malah ngaku! Ran menelan ludah sweatdrop, tapi akhirnya mereka pergi. Ai merangkul Conan, dan hati Ran perih. Seperti melihat.. Shinichi dan perempuan lain. Tapi dia hanya menelan ludah.
“Kudo, rasanya… “ Ai menghentikan kata-katanya. Dia menatap kebelakang dan melihat ekspresi Ran. Tetapi Conan dengan cepat mengecup dahinya.
“Kudo-kun!”
Ran tidak mampu menahan air matanya.
“Ganbatte ne, Conan-kun, Ai-chan.”

Only With You


“Cepat!” Shuichi  menelan ludah. Mereka terkurung dan sebentar lagi organisasi hitam akan datang. Mereka terkurung didalam ruang wine. Mereka? Conan dan Ai, tentu saja. Secepat kilat Ai mengambil alcohol dan meminumkanya pada Conan dan diri mereka sendiri tanpa pikir panjang. Dan tubuh mereka mulai merasakan sakit, dan pusing. Kemudian… dia



Shiho terbangun, hari sudah pagi. Dia menyadari pasti dia semalaman dengan Shinichi. APA? Semaleman!? Dia melihat kebawah, dan dia melihat muka Shinichi yang tertidur sambil memeluknya. Kenceng, lagi. Shiho berusaha melepaskan tapi tidak bisa. Lalu dia melihat Shiinichi membuka matanya dan berteriak.
“AAA….”


Shiho segera mencari baju seadanya. Shinichi melongo, melihat tubuh Shiho yang asli. Tepatnya, yang tidak memakai apapun saat itu.
“Mi…yano…” dia ternganga.
“Hentikan pikiranmu itu. Betapa confidentnya dirimu. Kau sendiri tidak memakai apapun, lho?” Shiho berkata sinis, melirik Shinichi. Shinichi sadar dan melihat kebawah. Mukanya memerah. Shiho menyambar baju Ai untuk menutupi dadanya dan bagian bawahnya. Shinichi mengambil baju Conan untuk menutupi bagian bawahnya. Tapi kemudian Shiho melihat kemeja, dan dia menyambarnya, dan dia memakainya, dia juga memakaikan itu pada Shinichi. Wajah Shinichi terasa terbakar ketika Shiho mengancingkannya. BRAK! Pintu dibuka. Muncullah Heiji. Dia ternganga. Shiho yang pahannya dibiarkan begitu saja (Kemejanya cukup panjang) dan Shinichi.
“Kudo…dan dia… kalian…” dia melihat sofa dan dia mengerti. Wajahnya merah padam.
“Itu… Hattori, tadi kita mabuk tapi kenapa efeknya lama aku tidak tahu…” Shinichi panik.
“Ambilkan baju!” bentak Shiho. “Kau kira aku senang, hah, tidak memakai apapun hanya selembar kemeja!?!!” Heiji lalu menyerahkan bungkusan.
“Ini mungkin membantu. Kain sih…”



“Sialan kau Kudo!” Shuichi melotot. “Kau meniduri Miyano!’ Shinichi hanya nyengir tidak beralasan. Dia masih ingat tadi malam, sedikit. Shiho hanya meniup tehnya. Heiji pasrah. Untuk tidak ada Ran.
“Dengar,” ketika Shinichi dan Shuichi, dan Heiji mulai ribut. “Kami cuma melakukan itu dengan tidak sadar. Aku juga tidak tahu komponen apa yang ada di wine itu sehingga kita bisa lama efeknya. Oke, oke. Kecuali aku… mempunyai anak.”





Dua garis terpampang di benda kecil itu. Shiho menelan ludah. Dia memaki dalam hati. Dia keluar dari toilet, melihat Shuichi, Professor, Heiji dan Shinichi menunggu.
“Positif,” bisiknya tercekat.
“Wah, Kudo. Hebat betul kau. Dalam semalam bisa langsung?” goda Shuichi. Heiji menatap Shinichi. Shinichi menelan ludah.
“Bercanda, Kudo, bercanda!” tawa Shiho. Dia memukulkan tangannya ke meja. “Bercanda.  Tidak, hasilnya negatif, tenang saja. .” Shiho mengangkat bahu, duduk membaca majalah fashion.
“Kau…”



Shiho masih meneliti, sambil dia meneliti dia sekolah di sekolah Kudo. Professor tidak terima karena Shinichi dan Shiho tidak menikah saja.  Shiho mendecak dan Shinichi menyetujuinya. At least , itulah yang bisa dia lakukan sekarang. Ran tiba-tiba sudah datang, dia melihat Shinichi berjalan bersama Shiho. Hatinya beku.
“Pagi… Shinichi… dan..?” dia menaikkan alisnya.
“Shiho Miyano. Salam kenal.”



“Wee… Kudo! Sama siapa tuh? Pacar ya!?” semuanya ribut.
“Nggak kok, yakan, Shiho?” Shinichi tertawa palsu. Tapi dia tertawa juga.
“Ne, matta ne, Kud..aw! Shinichi…” Shiho hormat dan berjalan.
“Eng? Kau mau kemana?” Tanya Sonoko.
“Universitas,” katanya singkat, lalu segera berlalu. Kelas mematung.
APA!?







Shinichi tidak kuat lagi. Dia sudah ditembak di lengannya. Gin didepan, ngos-ngosan karena sudah ada banyak tembakan yang mengenainya. Gin memimpin posisi. Dia lalu mulai ingin menembak.
DOR!
Shinichi pasrah. Menutup matanya. Tetapi, dia tidak merasa sakit. Mungkinkah dia sudah dialam baka? Dia membuka mata. Seorang gadis tinggi, rambut coklat, berdiri di depanya dengan darah bercucuran dari dadanya.
“Kudo aku…mencintaimu…” ucap perempuan itu. Gin tertawa puas.
“Sherry…” dia tertawa, dan lalu dia ambruk. Shinichi mencoba menahan,  dan dia berteriak.
“HAIBARA….!”




Shinichi membuka mata. Dia merasakan sakit. Dia melihat Ran. Matanya mendelik mencoba meningat. Dia teringat Shiho. Dia segera bangun.
“Shinichi, DAIJOBU?” Ran panik melihat raut wajah Shinichi. Shinichi menepis tangan Ran yang berusaha menahannya. Dia berdiri, melihat muka Shuichi.
“Haiba.. maksudku Miyano!! Dimana dia?!” Shinichi hampir sangat panik. Dia mendobrak pintu dan melihat Shiho yang terdiam. Shinichi duduk di sampingnya, berkali-kali mengucapkan kata ‘maaf’ ‘Tetaplah bersamaku’ 
“Cinta itu kejam,”  komentarnya. “Dia—Kudo sepertinya… dan Miyano.” Shuichi tersenyum. Ran mendengarnya.

Shiho terbangun.  Dia menguap, dan melihat Shinichi.
“Kudo-kun,” ucapnya pelan, senyum tersungging dibibirnya. Dia mengusap rambut Shinichi dan Shinichi terbangun, dia langsung memeluk Shiho dan Shiho terhempas ke tempat tidur rumah sakit.
“Haibara… maafkan aku…” ucap Shinichi. Dia menunduk sedih. Shiho tersenyum.
“Tidak apa… Kudo…”
“Haibara… katanya kau mencintaiku…” ucap Shinichi. Shiho terdiam. Dia lalu mulai menunduk.
“Ya… tapi kau dengan Mouri-san… lebih baik aku mati.” Katanya. Shinichi terdiam. Dia menatap mata Shiho.





“Shiho Miyano, salam kenal.” Senyum Shiho.
“Oke, Miyano. Duduk di samping Kudo.” Sensei menunjukan. Sonoko menyambut Shiho dengan tidak senang, saat istirahat.
“Kuperingatkan kau, dia itu istri Kudo!” Sonoko melotot. Sedangkan Ran hanya menunduk dan memerah. Dia menggeleng pelan.
“Dia bukan suamiku!”
“Dia bukan istriku!”
“Tapi Kudo, dengan membawa gadis cantik ini tentunya kalian sahabat?”  Endou tertawa.  Shiho tersenyum ramah.
“Shinichi dan aku…”
“Tunggu,” Sonoko memotong pernyataan Shiho. “Kalian saling memanggil nama depan?”  Shinichi mengangguk.
“Iya.” Shinichi lalu bercanda dengan Shiho dan sibuk membicarakan Sherlock Holmes. Mereka berdua sangat klop.
“Shinichi, ayo pulang bersama,” ajak Ran yang rindu Shinichi. Shinichi menolak halus.
“Kau kan bosan aku bicara tentang Holmes. Lihat, Shiho tidak! Dia malah ikut mendiskusikannya! Aku senang sekali dengan dia!” ungkap Shinichi blak-blakan. Ran seperti tertusuk mendengarnya. “Dia sahabatku!” tambahnya, sehingga hati Ran sedikit melega. 





Ran dan Shinichi, juga Heiji dan Kazuha sedang double date. Ran memintanya dengan malu-malu. Ketika sedang membeli minuman, Shinchi tanpa sengaja melihat Shiho yang diganggu oleh segerombol laki-laki iseng. Heiji dan Shinichi segera menolongnya.
“Shiho! Daijobu desuka?” Tanya Shinichi ketika gerombolan itu telah pergi. Shiho napasnya berburu, dan dia menenangkan diri.
“Daijobu desu. Terima kasih Hattori-kun, Shinichi. “ Dia menundukkan kepalanya.  “Sana, pergi dengan Mouri-san.”
Shinchi kesal hatinya dibilang begitu. Dia menarik tangan Shiho ke sebuah taman, dan hujan turun dengan derasnya. Heiji yang mengikuti mereka berdua tercengang.
“Bagiku, kaulah yang terpenting.” Shinichi maju dan meraih tangannya, memegang muka Shiho. Heiji terpana akan apa yang baru saja terjadi di depannya Dia melihat samar-samar. Dia tidak peduli angin hujan yang menerpanya. Shinichi mencium Shiho! Shiho tidak percaya. Dia mengerjapkan matanya. Shinichi melepaskan Shiho.
“Shiho… aku akan melindungimu!” serunya, memeluk Shiho. “Gin sudah mati. Walaupun Vermouth belum. Aku menyayangimu…” Shiho menangis dipundak Shinichi. Hujan terus membasahinya. Mereka melihat Heiji yang melongo.
“Kalian…habis ngapain?’
Shiho dan Shinichi saling menatap, dan tertawa bersama.
“Memang kenapa?” Tanya mereka jahil.

Haha... berakhirlah fiction gaje ini. Mohon jangan disalahkan Authornya #ditimpuk :D


Suki; Chapter 21

Chapter 21 
Chapter 21

flashback
Kudapati diriku lagi. Aku menatap cincin yang dibelikan Kaito tersayang. Aku, Av. Aku turut kasihan pada Shinichi, tapi mau bagaimana lagi.  Sekarang siang. Tapi sepertinya hubunganku dengan Kaito sudah remuk. Kini, dia memutuskanku.  Baru tadi Aku tidak tahu apa yang terjadi. Perlahan, air mata menetes. Dan ada seseorang yang memelukku dari belakang.
“Shinichi?” Tanyaku tidak percaya. Dia memajukan bibirnya untuk bertemu dengan bibirku, aku menghindar tapi sudah terlanjur. Aku… menutup mataku. Aku membalasnya. Ciumannya sangat lembut. Dia sudah mulai mendorongku ke tempat tidur. Oi, oi. Aku menutup mataku, aku tidak peduli lagi akan tangannya yang sudah memegang manapun. Aku merasakan kehangatannya. Aku tidak tahu. Ini seperti bukan Shinichi.
“Kaito?” bisikku tertahan. Orang itu….
“Kau tahu itu aku?” Tanya Kaito tidak kalah terkejut. “Haha… selamat ulang tahun sayang.” Orang itu lalu mencium bibirku dengan agresif lagi. Ini… ulang tahunku? Aku tidak menyadarinya.
“Kaito? Ini kau? “ Aku kehilangan kata-kata. Orang itu tersenyum, dan dia mengacak rambutnya. Ya, ini Kaito. Dia sudah membuka kaosnya dan itu membuatku takut. Aku tidak mau melangkah lebih jauh, kuyakin. Tapi dia sudah membuka kaosnya dan dia tersenyum innocent padaku. Aku mengelus dadanya dengan anggun, dan dia sudah tidur diatasku.
“Selamat ulang tahun…” dia menciumku, dan menjulurkan lidahnya pada mulutku dan kuputuskan untuk menyenanginya karena aku tidak bisa bercinta dengannya untuk sekarang.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Woho... apa kabar semua? Yeah, moga baik-baik aja. BTW, tentang kejadian Kaito x Aoko, aku tidak mengarah ke yang tidak-tidak kok ^^ V beneran deh. Tapi, kan tergantung emosi pembaca nyeh... yakn?
Av : ....
Kaito : Ini parah banget deh
Av : ^///^ aku emang nggak mau 'gitu' sama Kaito
Aku : Maaf ya sekalian... jadi horny deh
Shinichi : Aku diikutin... sampe-sampe ...
Kaito : Av...  jadi kau nggak mau tidur denganku?
Av : Mau sih... tapikan malu
Kaito : *membekap mulutnya dengan mulutnya sendiri*
*Kaito dan Av langsung mesra-mesraan, sampe perlu disensor*

Aku : ^^ b GAJE!

Kamis, 01 Desember 2011

Author Note

Aku tahu ini emang nggak penting tapi aku mentok bikin cerita TT^TT jangan nyalahin ya~

aku nggak tahu lagi harus bikin av x kaito av x shin ai x con shiho x shin

itu membingungkan @_@ sama aku juga gabisa bikin cerita romantis...


favourite pair: semuanya!

Tapi paling suka chapter first love av x nuki <3 Bagus kan kalo mereka bareng -_- V Hehe.. mohon maklum,,,

Minggu, 27 November 2011

Suki; Chapter 20


Chapter 20

[Flashback end, now]

“E… Kaito! Pagi!” seru Av ketika baru membuka matanya. Kaito menguap lebar. Dia mengucek matanya.
“Eto… oayo!” Kaito kembali tidur.
“EE?? Kaito! Contoh yang baik untuk anakmu ya!” Av mencubit Kaito. Av menguap lebar kemudian keluar. Dilihatnya Shinichi sedang main dengan anaknya.
“Ohayou, Shinichi, Shinchi, Kito, Shiho..” Av menguap. “Kalian ngapain kesini?”
“Kita? Tentu saja, menjenguk kalian! Ya, kan Shiho?” Tanya Shinichi.
“Panggil aku MIYANO MI-YA-NO desu!” Shiho mengoreksi.
‘Mou iyo, tidak apa-apaa, kali Shiho!” protes Av. Shiho hanya kembali membaca majalah fashionnya.  Tok tok. Av menoleh. Dia bingung, siapakah?
“Okaa-san, biar aku!” seru Kito riang. Dia kemudian membuka pintu….
“Hai, Av” kata orang itu. PRANG
“Nu…ki?”
Shinichi siaga.
“Kau mau apa!?” serunya. Nuki tertawa.
“Aku hanya mengunjungi Av kok. Nah, ini anakmu dengan Kuroba? Lucu juga,” Nuki jongkok, dan pet rambut Kito.

“AV!” Kaito mengguncang Av. Av langsung sadar.
“Ah, gomen. Kaito…” Kaa Av, membetulkan gaun tidurnya.
“KAu sampai ngangkang ke tubuhku tahu!” wajah Kaito memerah. Av menelan ludah.
“Gomenne, Kaito. Bagaimana kalau kita ke Kyoto hari ini?” Tanya Av. Kaito yang mukanya masih memerah lalu menyetujui.


“Shinchi, Kito, kaa-san, to-san, Shinichi Ojii-san, ingin ke Kyoto hari ini. Jangan nakal, ya. JANGAN SENTUH penemuan baru kak Shiho. Oke?”



Shin sangat bosan. Orangtuanya meninggalkannya saja dirumah sendirian. Diapun mulai mendekati perangkat Shiho. Kito juga ikut. dia lalu menekan-nekannya dan
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA” terak mereka brdua. BRUK! Mereka terjatuh di suatu tempat mereka berdua melihat Kaito yang sedang jalan dengan Av dan Conan.
“Kak, itu Otou-san dan Kaa-san, dan kakak?! Kok mirip banget?” mereka berdua duduk.
“Aku tahu! Kita ke masa Kaa-san dan Tou-san!” seru Shin. Dia lalu menseriuskan matanya. “Mungkin kita belum lahir, Kito! Aduh. Baiklah, petualangan yang asyik!” Shin tersenyum dan segera menghela napas. “Lihat, Okaa-san!”


Av menaruh cangkir dan piring. Dia tersenyum ramah pada Shin dan Kito.
“Kau mirip sekali dengan Shinichi, kau mirip dengan Kaito,” senyum Av. “Siapa nama kalian?”
“Ore wa… Shinchi. DIa… Kito..”
“EEE??” Conan, Av, dan Kaito terkejut. Conan segera meng’investigasi’
“Marga kalian?!” tayanya.
“Shinchi Kurona… Kito Kuroba…” jawab Kito. Kaito sekarang yang keselek.
“APA!? NANI!?”
“Kalian menyamar?” Tanya Conan misterius.
“Ie, jadi aku anaknya mereka!” Shin menunjuk Kaito dan Av. Wajah mereka jadi merah. Psh…
“NANI!? Kita aja belum PEERNAH MELAKUKAN ‘ITU!” geram merekka berdua.
“Barou. Mereka pasti dari masa depan.” Kata Conan. Shin mengangguk semangat.
“Betul itu, kami di masa depan. Tadi, kaa-san dan to-san dan Shinichi ojii-san mau ke Kyoto, dan kami dilarang menyentuh barang kak Shiho, tapi eh~ aku menyentuh!” cerita Shin. Wajah Av dan Kaito sudah  merah. SANGAT merah. Kemudian Av lalu menelan ludah lagi.
“Baiklah, Kito, Shin, apa AKU MENIKAH DENGAN DIA?!” seru Av keras. Shin ketakutan.
“A..sou.” jawabnya. Av hanya menyipitkan mata ke Kaito.
“MANA BISA! Aku…”
Syuuuuuuuuuuuuttttt
Tiba-tiba Shin dan Kito seperti ditarik, dan muncullah Shiho.
“JANGAN SENTUH!” serunya keras, membulatkan mata. Lalu Shiho segera mengutak-ngatik mesinnya tadi. “Dengar, aku sudah menghapus ingatan Kudo, Kashiuu, dan Kuroba. Kalian ini Nakal sekali! Memang Kashiuu tidak bilang apa-apa hah?”
“Bilang tapi…”
“KALIAN SANA!” muka Shiho jadi merah kesal. Kami segera kabur.
“Kak, padahal kita belum lihat lebih lama lagi tentang Okaa-san dan OTou-san ya!”
“Heh, aku tidak mau mendengar kaa-san dan too-san bertengkar. Berisik tahu!”
“Soukka ^w^”

Suki; Chapter 19



Chapter 19

“E? Dari Ran?” Av melihat layar teleponnya. Dia melihat tulisan.

Mau ke pesta ‘ball’?

Av menghela napas. Dia tersenyum. Ke pesta ball? Nggak salah? Dia hanya tersenyum. Dia mengadah keatas. Nuki… memang, dia tidak punya hubungan apapun dengan Kaito. Dia berharap Kaito bisa menyatakan cinta padanya, sedangkan dia sudah… dia menatap langit.
“Hoi!” Kaito mengaggetkan. Av menoleh. Dia tersenyum sedih pada Kaito. Dia menunjukan undangan Ran.
“Aku tidak tahu mau pergi dengan siapa…” Av tersenyum kecut. Dia menoleh ke Kaito yang ekspresinya berubah.
“Ha…ha…” tawa Av, lalu segera duduk lagi. Dia lalu menatap ke lantai dibawahnya.


“APA? Penawar 1 minggu!?” Conan kaget ketika Ai memberitahukannya. Conan heran. Maksudnya, dia ingin. Dia menerimanya dan segera meminumnya.


“Tadaima~” kata Shinichi ke rumah Kaito.
“Okaerisinas~ Kudo-kun!?” Av kaget ketika melihat Shinichi. Av lalu menelan ludah. Dia lalu tersenyum.
“Kabarilah Mouri-san.” Kata Av sedikit… sedih. Dia lalu duduk di bangku. Dia mengangkat telepon.
“Nuki…” bisik Av.
“Matikan!” seru Kaito yang tiba-tiba datang. Av menoleh.
“Nan-de?” Tanya Av. “Aku putus asa. Kau tidak mencintaiku. Aku memutuskan Nuki. APALAGI~” teriak Av pilu. Kaito memegang wajah Av dengan kedua tangannya.
“Aku…”
mata Av berkaca-kaca sekarang.
“Urusai yo! Zetai… zetai daisuki yo Kaito demo…” Av segera berlari keluar. Shinichi geleng-geleng kepala pada Kaito, dan berjalan menyusul Av.
“Kashiu-san.” Shinichi berdehem. Av menghapus air matanya. Dia melihat Shinichi yang mengalungkan syal.
“Kudo… a… gomenasai. A…aku egois.” Av memasang poker face-nya, senyum. Dia lalu menatap mata Shinichi.

Shinichi POV

DEG! Lho, kok jadi aku deg-degkan gini? Apa ini…? Dia menatapku dengan tatapan campur.  Napasnya yang beruap karena ini winter. Dia memelekku.
“Shinichi oh shinichi…” katanya sambil menangis. Dia lalu melihatku kedinginan tanpa syal. Dia lalu mengalungkannya kepadaku, dia juga dapat. Blush. Oh, sial. Mengapa jadi begini?  
“Panggil aku Av!” serunya tersenyum. “Ayo, ke café.” Dia menggandengku ke sebuah café terdekat.
“Summimasen, kopi satu, dan er… kue.” Kata Av memesan, lalu kami duduk.
“Maaf, aku cengeng. Tapi lebih baik menunjukannya daripada menyembunyikannya dan sok berani, bukan?” ucapnya, lalu mengunyah renyah.
“Jadi~ kau menghawatirkan bocah Nuki?” Tanyaku. Lalu dia tersenyum.
“OH, dia. Mungkin dia sudah dengan Seiki. Dia temanku yang lain. Ah, aku tidak peduli. Aku memang payah. Yang satu kutolak, yang satu bertepuk sebelah tangan!” serunya tertawa kecil.
“Ti…tidak apa-apa kok.” Kataku gugup. Masalahnya jantungku ini lho! Kok tidak mau berhenti berdetak cepat! Dia mengenggam tanganku.
“Dingin,” katanya. Aku hanya memerah mukanya. “Ne, bagaimana kalau besok kita pergi bareng ke bioskop!?” tanyanya semangat. Oi, oi! Sama aja date, kan? Tapi aku mengiakan.
“Ini pesanannya. Wah, pasangan, ya? Sini!” mbak itu menyeret kami ke ruangan yang lovey-dovey. Euww…. Ngapain sih!?
“Ho… Sama, ini pasangan baru? Oke, nak. Disini ada Love contest. Siapa yang bisa berkecup padahal pasangan baru, akan menang!” seru laki-laki. Haa? Yang benar saja!
“Maaf, tapi kami…”
“Tidak pernah…” aku menyambung kata-kata Av.
“Pacaran!” kami mengakirinya berbarengan. Laki-laki itu tersenyum simpul.
“Ah, ah. Ehm. Sudahlah kalian berdua. Kalian nanti juga saling menyukai.” Laki-laki itu tertawa. “Hadiahnya lumayan lho.” Kami berjalan, ditengah malam yang bertaburan bintang.
Dan secara otomatis aku tiba-tiba mendekatkan diri ke Av, dan Av sendiri sudah menyentuh bibirku ini. Apa?! Ciuman PERTAMAKU!? Aku mulai kiranya menyukainya, dan mendorongnya kedinding. Aku tidak ingat apa-apa lagi. Begitu manis.


“Hey, I feel I almost reach you…”
“Then what I can become now?”

“AV!” seruku.
“EH!” seru Av yang tanpa sadar mengucapkan kata-kata itu. “Gomenne, Shinichi-kun. Aku…pulang saja. Aku sakit sepertinya.” Ucapnya.
“Biar aku antar kamu pulang!” seruku cemas. Aku masih ingat, aku baru saja menciumnya.

[Av PO
aku pusing sekarang. Kuputuskan untuk pulang.
“Oh… ariga~” BRUK!


Aku bangun. Aku melihat Shinichi sedang mengecek panasku dengan dahinya. Eugh. Panas.
“Shinichi!” seruku ketika melihatnya. Aku terbatuk. 
“Karena kamu disini…”
“Aku…”
“Kenapa?” tanyaku mencoba berdiri. Shinichi tersenyum.
“Oh”

“Kau sudah bangun?”  Tanya seseorang. Dua orang. Shinichi dan Kaito. Yang mimpi yang mana sih? Aku melihat Kaito merasa bersalah.
“Gomenne, Av.” Aku membuang muka. Pelan. Air mata itu  perlahan-lahan menurun. Aku bodoh.
“AKu mau bicara.” Seru keduanya berbarengan.
“Kau duluan, Kuroba.”
“Kau saja Kudo.”
“Yasudah, bersama=sama”
“Av, maukah kau ke pesta ball bersamaku?” Tanya mereka. Aku mengatupkan mulutnya. Mereka saling bertatapan.

[Normal POV]

Av hanya menunduk. Dia mengamati Kaito yang sangat merasa bersalah. Av tersenyum sedikit demi sedikit.
“Shinichi juga?” katanya membuka mulut.
“E? Ore? Eh…” muka Shinichi blush-ing. Aku tertawa sedikit.
“Sebelum penawar APTX-mu habis, kan?”
“Bukan.” Kata Shinichi. “Aku…aku suka padamu.”


“A….apa!?” Kaito terbelalak. Melihat pengakuan temannya yang lebih dulu. Av terkejut. Dia menatap kearah jendela, lalu kearah mata Shinichi. Dia lalu menoleh kearah Kaito.
“O…oi! Apa sih, kau lihat keaku? Bakka! Apa urusannya?” Tanya KAito, mukanya memerah. Av menghela napas putus asa.
“Mou iyo. Arigatou, Shinichi-kun. Demo…Mouri-san..”
“Ran? She’s only my childhood friend!” seru Shinichi keras.
“O. Yokata. I accept it.” Kata Av, bibirnya bergetar saat berkata itu dan melihat Kaito dalam-dalam. Dia masih tidak mengerti, kenapa setelah kejadian taburan bintang Kaito tidak suka padanya. Dia melihat Kaito berdecak kesal.
“Barou!” Shinichi memeluk Av. Av wajahnya hanya memerah.
“Cih!” Kaito keluar dari ruangan itu.
“Kai…”
“Sh, Av-chan! Ayo pake gaunmu!” Shinichi menutup pintu.


“Mou Sonoko. Aku sudah telepon Shinichi! Katanya dia datang ke pesta ball itu!” Seru Ran bahagia.
“Osh! Makoto juga bisa, lho!” Sonoko tersennyum bahagia. Ran lalu mengerling keatas. Dia lalu memeluk Shinichi yang sudah datang.
“Bakka! Yuk Shin!”
“Maaf aku sudah sama Av!” Shinichi tersenyum lebar. Ran terpaku. Av. Dia melihat Av dengan raut wajah sedih memakai gaun putih biru yang cantik sekali.
“Mouri-san. Gomenne…”
“Apa, sih, yang dimaafin?” Tanya Ran, walau hatinya bergetar. Sedangkan Shinichi hanya menghela napas. Dia melakukan ini agar Av tidak sedih karena perkara Nuki-Kaito. Tapi… dia juga merasakan perasaan aneh pada Av.



Cinderella, who had told too much lies,
Is said to have been eaten by the wolf,
What should I do? Something should be done 
Or I'll be eaten,
Please save me before that.



Saat sedang berdansa, Shinichi mendekatkan mukanya pada Av. Mereka sudah sangat dekat. Ran berteriak dalam hati. Makoto panas dingin. Tapi Av menahan tubuh Shinichi.
“Doshte?” Tanya Shinichi. “Tidak apa-apa, kan?”
“HYAT!” Kaito tiba-tiba menepis Shinichi. Dia memegang lengan Av.
“Maaf, Kudo tapi…” Kaito tersenyum nakal. “Av milikku!” Katanya tersenyum licik.
“Kaito!” seru Av, menangis sambil memeluk Kaito. Ran membantu Shinichi berdiri.
“Maafkan aku, Av. Aku bodoh. Aku cemburu padamu yang dekat dengan Kudo. Dengan bocah Nuki itu. Gomenne. Bagaimana kalau aku sekarang mengambil jatah ciuman keempatmu?!” Kaito menilat lidah nakal dan segera mencium Av .Sonoko tampak terkejut, Ran juga, dan Makoto hanya  menelan ludah.
“BAKKA! AKU NGGAK MENYURUHMU BEGITU!”
“He~ benarkah?”
“BAROU!”
“Sudah!” seru Sonoko.”Ano… Av-san, ciuman keempat?” Tanya Sonoko, menaikkan alis.
“Oh, yang pertama sama orang bodoh yang tadi, yang kedua dengan Nuki, ketiga dengan…” Av ragu ragu. Dia membisikkan kecil ke Sonoko. Sonoko tiba tiba emosinya tidak stabil.
“APA!?”
“SH!” kata Av memperingatkan. Dia hanya blush-ing mukanya. Lalu Kaito tersenyum pada Makoto dan Sonoko.
“Halha, kau sok banget deh Kat!”
“Apa kau bilang!”
“Sok!”
“WeeekkkK!”
Drtt…drtt… hape Av jatuh, dan Sonoko mengambilnya sambil melihat pesannya.

Hey, gimana? Aku cemas padamu. Kau sudah bersahabat dengan Kuroba?

“Nu…ki?” eja Sonoko melihat pengirimnya. Wajah Av memerah lalu merebut ponsel itu.
“Mou, Suzuki-san!” sedangkan Kaito sudah curiga.
“Sahabat!?” Kaito smirk. “DIa ini PACARKU TAHU!”


“Shinichi…” Ran menemui Shinichi diluar. Shinichi menelan ludah.
“Yo, Ran.” Katanya.
“Shinichi kau… suka Av?” Tanya Ran to the point. Shinichi menggeleng lucu.
“Itu acting Ran.” Senyum Shinichi. “Kuroba… dia terlalu malu-malu untuk mengakui perasaannya.”
 Ran terlihat lega. Dia tersenyum menatap Shinichi.
“Yokata… Shinichi….”
DEG DEG! Shinichi tiba-tiba merasakan lagi efek dari antidote. Dia memegangi jantungnya.
“Shinichi, daijobu desuka?”
“Daijobu… Ran.” UGH! Shinichi kembali, dia terjatuh.
“Shinichi! Aku harus membawamu kerumah sakit!”
“SHINICHI!” teriak Av yang lari. Dia lalu memegang bahu Shinichi.
“Shinichi, hayaku. Kochi-kochi. Kaito, kau kesini pake mobil? Ayo cepat!” seru Av gesit. Ran tidak terima ‘saingan’nya mendahuluinya.
“Mau dibawa kerumah sakit? Biar aku!” serunya keras kepala.
“DAME YO! Aku tahu Shinichi. Hayaku. Shinichi…” AV mencoba mengangkat Shinichi, dank e mobil.
“Ja ne~” kata Kaito lalu segera menyetir. Av lalu menelan ludah. Dia menyandarkan kepala Shinichi di pahanya.
“Shinichi… daijobu desuka?”
PSHHH… Conan kembali menjadi Shinichi. Eh kebalik. Dia jadi kecil mungil.
“Aku…kembali.” Kata Conan.
“Wakata. Dasar, kau tidak bawa baju?”
“Ada… ditas,” jawab Conan. “Eto… aku ganti dimana?”
“Disini aja” jawab Kaito jahil.
“Barou~ Nah Shinichi, cepat ganti baju, aku tutup mata” ucap Av sambil tertawa geli. Conan segera ganti baju. Setelah selesai, Kaito juga sudah sampai dirumahnya. Av menggendong Conan.
“Nah, Conan. Oyasumi.”



“Mouri-san?” sapa Av melihat Ran yang sedang belanja baju dengan Sonoko.
“Ukh. Kashiuu-san.”
“AV-chan,, sedang apa disini?”
“Mou, Av! Filmnya nanti keburu mul…” Kaito kaget ketika melihat Ran dan Sonokoo.
“Gomenne, yang waktu pesta ball. Hehe…” Av menunduk.
“Kau sedang kencan?” Tanya Sonoko meledek. Muka Av memerah.
“Eto… itu…err…” Av tidak berkata-kata. Kaito sudah narik tangan Av.
“Barou Av! Cepat dong!”
“Eh..  ja ne!”
Ran hanya sedih.
“Cemburu ya? Pantas kamu cemburu. Hihihi!” tawa Sonoko. GDBUK! DUAAAR!! Tiba-tiba ada seperti bom. Av sedang jalan dan melihat Conan.
“Watchout!” seru Av, memeluk mereka berdua.
“Av!” teriak Kaito. BRUAK! Kaito segera melompat untuk memeluk Av yang sedang memeluk Conan. JHUAR! Mereka mendarat di reruntuhan.
“Daijobu, Av!?” seru Kaito cemas, dia merasakan sakit diseluruh tubuhnya. Av yang merintih, tubuhnya membungkus tubuh Conan sehingga dia tidak kesakitan.
“Av! AV!” seru Conan ketika dia melihat Av. Kaito melotot.
“Barou Kudo! Zetai, zetai! Av, daijobu?”
“Minna kita kepisah! Lihat! Kita….”
“Terjebak di reruuntuhan…”
“Bertiga…”
“Di gedung tinggi ini…”


“Tak… ampun. Kita bisa terjebak juga!”
“Sudah, Kaito. Sekarang kita pikir carakeluar” Av termenung. Dia lalu menghela napas duduk.
“Av-chan!” Teriak Ran. Av bisa melihat Ran.
“Mouri-san! Yokata!” serunya, memeluk Ran.



Ran duduk di café yang cukup besar itu. Dihadapannya ada donat dan teh. Die terus memerhatikan layar handphonenya. Dan datanglah orang yang ditunggu. Perempuan yang rambutnya diikat. Av.
“Mouri-san!” katanya lalu duduk. Dia lalu meminum teh yang tersedia. “Ada apa?”
“Ini…tentang Shinichi!” wajah Ran memerah. “KKau… pacaran dengannya?” BRUATS! Minum yang baru Av minum menyembur.
“Gomen gomen. Aku…” Av tertawa sedikit. “Aku paca… m… dekat dengan Kaito,” Senyum Av. Ran mengangguk saja.
“Tapi… aku… iri padamu. Kau terlihat sangat… dekat dan mengenal Shinichi.”
“Mou iyo, tentulah!”
“Demo…”
“Mouri-san. Daijobu day o. Aku tidak pernah suka Kudo tapi…” drrt. Drt
“Ah, moshi-moshi?” Av mengangkat telepon. “Haik, wakata. Douitashimashte.”
“Siapa?” Tanya Ran penasaran. Av mengangkat bahu.
“Biasa, Kaito. Aku sudah janjian dengannya pulang bareng habis sekolah.” Av tersenyum pada Ran.
“Kau bohong!” Kata Ran.
“E?”
“Itu bukan dari KUroba-kun!”
“E..??”
“Baiklah. Aku memang bohong. Itu dari Nuki.” Aku Av. Dia menerawang.  “Kau tahu dari mana aku berbohong?”
“Karena…  kau menggunakan bahasa yang sopan, Av-chan” balas Ran. “Kau… tidak mencintai Nuki-san..” Av terpaku.

“Oke. Mouri-san. Aku ingin kejelasan. Kau mengundangku kesini untuk apa!?” Av duduk lagi dengan ekspresi frutstasi.
“Gomenne, Av-chan. Shinichi sepertinya… menyukaimu.”
Av terpana. Lalu dia tersenyum lebar, duduk di bangku.
“Kaulah cinta pertamanya…”Mata Ran terbuka lebar.
“Benarkah itu?”
“Tentu saja!” Av tersenyum.