“Cepat!” Shuichi menelan ludah. Mereka terkurung dan sebentar lagi organisasi hitam akan datang. Mereka terkurung didalam ruang wine. Mereka? Conan dan Ai, tentu saja. Secepat kilat Ai mengambil alcohol dan meminumkanya pada Conan dan diri mereka sendiri tanpa pikir panjang. Dan tubuh mereka mulai merasakan sakit, dan pusing. Kemudian… dia
Shiho terbangun, hari sudah pagi. Dia menyadari pasti dia semalaman dengan Shinichi. APA? Semaleman!? Dia melihat kebawah, dan dia melihat muka Shinichi yang tertidur sambil memeluknya. Kenceng, lagi. Shiho berusaha melepaskan tapi tidak bisa. Lalu dia melihat Shiinichi membuka matanya dan berteriak.
“AAA….”
Shiho segera mencari baju seadanya. Shinichi melongo, melihat tubuh Shiho yang asli. Tepatnya, yang tidak memakai apapun saat itu.
“Mi…yano…” dia ternganga.
“Hentikan pikiranmu itu. Betapa confidentnya dirimu. Kau sendiri tidak memakai apapun, lho?” Shiho berkata sinis, melirik Shinichi. Shinichi sadar dan melihat kebawah. Mukanya memerah. Shiho menyambar baju Ai untuk menutupi dadanya dan bagian bawahnya. Shinichi mengambil baju Conan untuk menutupi bagian bawahnya. Tapi kemudian Shiho melihat kemeja, dan dia menyambarnya, dan dia memakainya, dia juga memakaikan itu pada Shinichi. Wajah Shinichi terasa terbakar ketika Shiho mengancingkannya. BRAK! Pintu dibuka. Muncullah Heiji. Dia ternganga. Shiho yang pahannya dibiarkan begitu saja (Kemejanya cukup panjang) dan Shinichi.
“Kudo…dan dia… kalian…” dia melihat sofa dan dia mengerti. Wajahnya merah padam.
“Itu… Hattori, tadi kita mabuk tapi kenapa efeknya lama aku tidak tahu…” Shinichi panik.
“Ambilkan baju!” bentak Shiho. “Kau kira aku senang, hah, tidak memakai apapun hanya selembar kemeja!?!!” Heiji lalu menyerahkan bungkusan.
“Ini mungkin membantu. Kain sih…”
“Sialan kau Kudo!” Shuichi melotot. “Kau meniduri Miyano!’ Shinichi hanya nyengir tidak beralasan. Dia masih ingat tadi malam, sedikit. Shiho hanya meniup tehnya. Heiji pasrah. Untuk tidak ada Ran.
“Dengar,” ketika Shinichi dan Shuichi, dan Heiji mulai ribut. “Kami cuma melakukan itu dengan tidak sadar. Aku juga tidak tahu komponen apa yang ada di wine itu sehingga kita bisa lama efeknya. Oke, oke. Kecuali aku… mempunyai anak.”
Dua garis terpampang di benda kecil itu. Shiho menelan ludah. Dia memaki dalam hati. Dia keluar dari toilet, melihat Shuichi, Professor, Heiji dan Shinichi menunggu.
“Positif,” bisiknya tercekat.
“Wah, Kudo. Hebat betul kau. Dalam semalam bisa langsung?” goda Shuichi. Heiji menatap Shinichi. Shinichi menelan ludah.
“Bercanda, Kudo, bercanda!” tawa Shiho. Dia memukulkan tangannya ke meja. “Bercanda. Tidak, hasilnya negatif, tenang saja. .” Shiho mengangkat bahu, duduk membaca majalah fashion.
“Kau…”
Shiho masih meneliti, sambil dia meneliti dia sekolah di sekolah Kudo. Professor tidak terima karena Shinichi dan Shiho tidak menikah saja. Shiho mendecak dan Shinichi menyetujuinya. At least , itulah yang bisa dia lakukan sekarang. Ran tiba-tiba sudah datang, dia melihat Shinichi berjalan bersama Shiho. Hatinya beku.
“Pagi… Shinichi… dan..?” dia menaikkan alisnya.
“Shiho Miyano. Salam kenal.”
“Wee… Kudo! Sama siapa tuh? Pacar ya!?” semuanya ribut.
“Nggak kok, yakan, Shiho?” Shinichi tertawa palsu. Tapi dia tertawa juga.
“Ne, matta ne, Kud..aw! Shinichi…” Shiho hormat dan berjalan.
“Eng? Kau mau kemana?” Tanya Sonoko.
“Universitas,” katanya singkat, lalu segera berlalu. Kelas mematung.
APA!?
Shinichi tidak kuat lagi. Dia sudah ditembak di lengannya. Gin didepan, ngos-ngosan karena sudah ada banyak tembakan yang mengenainya. Gin memimpin posisi. Dia lalu mulai ingin menembak.
DOR!
Shinichi pasrah. Menutup matanya. Tetapi, dia tidak merasa sakit. Mungkinkah dia sudah dialam baka? Dia membuka mata. Seorang gadis tinggi, rambut coklat, berdiri di depanya dengan darah bercucuran dari dadanya.
“Kudo aku…mencintaimu…” ucap perempuan itu. Gin tertawa puas.
“Sherry…” dia tertawa, dan lalu dia ambruk. Shinichi mencoba menahan, dan dia berteriak.
“HAIBARA….!”
Shinichi membuka mata. Dia merasakan sakit. Dia melihat Ran. Matanya mendelik mencoba meningat. Dia teringat Shiho. Dia segera bangun.
“Shinichi, DAIJOBU?” Ran panik melihat raut wajah Shinichi. Shinichi menepis tangan Ran yang berusaha menahannya. Dia berdiri, melihat muka Shuichi.
“Haiba.. maksudku Miyano!! Dimana dia?!” Shinichi hampir sangat panik. Dia mendobrak pintu dan melihat Shiho yang terdiam. Shinichi duduk di sampingnya, berkali-kali mengucapkan kata ‘maaf’ ‘Tetaplah bersamaku’
“Cinta itu kejam,” komentarnya. “Dia—Kudo sepertinya… dan Miyano.” Shuichi tersenyum. Ran mendengarnya.
Shiho terbangun. Dia menguap, dan melihat Shinichi.
“Kudo-kun,” ucapnya pelan, senyum tersungging dibibirnya. Dia mengusap rambut Shinichi dan Shinichi terbangun, dia langsung memeluk Shiho dan Shiho terhempas ke tempat tidur rumah sakit.
“Haibara… maafkan aku…” ucap Shinichi. Dia menunduk sedih. Shiho tersenyum.
“Tidak apa… Kudo…”
“Haibara… katanya kau mencintaiku…” ucap Shinichi. Shiho terdiam. Dia lalu mulai menunduk.
“Ya… tapi kau dengan Mouri-san… lebih baik aku mati.” Katanya. Shinichi terdiam. Dia menatap mata Shiho.
“Shiho Miyano, salam kenal.” Senyum Shiho.
“Oke, Miyano. Duduk di samping Kudo.” Sensei menunjukan. Sonoko menyambut Shiho dengan tidak senang, saat istirahat.
“Kuperingatkan kau, dia itu istri Kudo!” Sonoko melotot. Sedangkan Ran hanya menunduk dan memerah. Dia menggeleng pelan.
“Dia bukan suamiku!”
“Dia bukan istriku!”
“Tapi Kudo, dengan membawa gadis cantik ini tentunya kalian sahabat?” Endou tertawa. Shiho tersenyum ramah.
“Shinichi dan aku…”
“Tunggu,” Sonoko memotong pernyataan Shiho. “Kalian saling memanggil nama depan?” Shinichi mengangguk.
“Iya.” Shinichi lalu bercanda dengan Shiho dan sibuk membicarakan Sherlock Holmes. Mereka berdua sangat klop.
“Shinichi, ayo pulang bersama,” ajak Ran yang rindu Shinichi. Shinichi menolak halus.
“Kau kan bosan aku bicara tentang Holmes. Lihat, Shiho tidak! Dia malah ikut mendiskusikannya! Aku senang sekali dengan dia!” ungkap Shinichi blak-blakan. Ran seperti tertusuk mendengarnya. “Dia sahabatku!” tambahnya, sehingga hati Ran sedikit melega.
Ran dan Shinichi, juga Heiji dan Kazuha sedang double date. Ran memintanya dengan malu-malu. Ketika sedang membeli minuman, Shinchi tanpa sengaja melihat Shiho yang diganggu oleh segerombol laki-laki iseng. Heiji dan Shinichi segera menolongnya.
“Shiho! Daijobu desuka?” Tanya Shinichi ketika gerombolan itu telah pergi. Shiho napasnya berburu, dan dia menenangkan diri.
“Daijobu desu. Terima kasih Hattori-kun, Shinichi. “ Dia menundukkan kepalanya. “Sana, pergi dengan Mouri-san.”
Shinchi kesal hatinya dibilang begitu. Dia menarik tangan Shiho ke sebuah taman, dan hujan turun dengan derasnya. Heiji yang mengikuti mereka berdua tercengang.
“Bagiku, kaulah yang terpenting.” Shinichi maju dan meraih tangannya, memegang muka Shiho. Heiji terpana akan apa yang baru saja terjadi di depannya Dia melihat samar-samar. Dia tidak peduli angin hujan yang menerpanya. Shinichi mencium Shiho! Shiho tidak percaya. Dia mengerjapkan matanya. Shinichi melepaskan Shiho.
“Shiho… aku akan melindungimu!” serunya, memeluk Shiho. “Gin sudah mati. Walaupun Vermouth belum. Aku menyayangimu…” Shiho menangis dipundak Shinichi. Hujan terus membasahinya. Mereka melihat Heiji yang melongo.
“Kalian…habis ngapain?’
Shiho dan Shinichi saling menatap, dan tertawa bersama.
“Memang kenapa?” Tanya mereka jahil.
Haha... berakhirlah fiction gaje ini. Mohon jangan disalahkan Authornya #ditimpuk :D