Minggu, 27 November 2011

Suki; Chapter 19



Chapter 19

“E? Dari Ran?” Av melihat layar teleponnya. Dia melihat tulisan.

Mau ke pesta ‘ball’?

Av menghela napas. Dia tersenyum. Ke pesta ball? Nggak salah? Dia hanya tersenyum. Dia mengadah keatas. Nuki… memang, dia tidak punya hubungan apapun dengan Kaito. Dia berharap Kaito bisa menyatakan cinta padanya, sedangkan dia sudah… dia menatap langit.
“Hoi!” Kaito mengaggetkan. Av menoleh. Dia tersenyum sedih pada Kaito. Dia menunjukan undangan Ran.
“Aku tidak tahu mau pergi dengan siapa…” Av tersenyum kecut. Dia menoleh ke Kaito yang ekspresinya berubah.
“Ha…ha…” tawa Av, lalu segera duduk lagi. Dia lalu menatap ke lantai dibawahnya.


“APA? Penawar 1 minggu!?” Conan kaget ketika Ai memberitahukannya. Conan heran. Maksudnya, dia ingin. Dia menerimanya dan segera meminumnya.


“Tadaima~” kata Shinichi ke rumah Kaito.
“Okaerisinas~ Kudo-kun!?” Av kaget ketika melihat Shinichi. Av lalu menelan ludah. Dia lalu tersenyum.
“Kabarilah Mouri-san.” Kata Av sedikit… sedih. Dia lalu duduk di bangku. Dia mengangkat telepon.
“Nuki…” bisik Av.
“Matikan!” seru Kaito yang tiba-tiba datang. Av menoleh.
“Nan-de?” Tanya Av. “Aku putus asa. Kau tidak mencintaiku. Aku memutuskan Nuki. APALAGI~” teriak Av pilu. Kaito memegang wajah Av dengan kedua tangannya.
“Aku…”
mata Av berkaca-kaca sekarang.
“Urusai yo! Zetai… zetai daisuki yo Kaito demo…” Av segera berlari keluar. Shinichi geleng-geleng kepala pada Kaito, dan berjalan menyusul Av.
“Kashiu-san.” Shinichi berdehem. Av menghapus air matanya. Dia melihat Shinichi yang mengalungkan syal.
“Kudo… a… gomenasai. A…aku egois.” Av memasang poker face-nya, senyum. Dia lalu menatap mata Shinichi.

Shinichi POV

DEG! Lho, kok jadi aku deg-degkan gini? Apa ini…? Dia menatapku dengan tatapan campur.  Napasnya yang beruap karena ini winter. Dia memelekku.
“Shinichi oh shinichi…” katanya sambil menangis. Dia lalu melihatku kedinginan tanpa syal. Dia lalu mengalungkannya kepadaku, dia juga dapat. Blush. Oh, sial. Mengapa jadi begini?  
“Panggil aku Av!” serunya tersenyum. “Ayo, ke café.” Dia menggandengku ke sebuah café terdekat.
“Summimasen, kopi satu, dan er… kue.” Kata Av memesan, lalu kami duduk.
“Maaf, aku cengeng. Tapi lebih baik menunjukannya daripada menyembunyikannya dan sok berani, bukan?” ucapnya, lalu mengunyah renyah.
“Jadi~ kau menghawatirkan bocah Nuki?” Tanyaku. Lalu dia tersenyum.
“OH, dia. Mungkin dia sudah dengan Seiki. Dia temanku yang lain. Ah, aku tidak peduli. Aku memang payah. Yang satu kutolak, yang satu bertepuk sebelah tangan!” serunya tertawa kecil.
“Ti…tidak apa-apa kok.” Kataku gugup. Masalahnya jantungku ini lho! Kok tidak mau berhenti berdetak cepat! Dia mengenggam tanganku.
“Dingin,” katanya. Aku hanya memerah mukanya. “Ne, bagaimana kalau besok kita pergi bareng ke bioskop!?” tanyanya semangat. Oi, oi! Sama aja date, kan? Tapi aku mengiakan.
“Ini pesanannya. Wah, pasangan, ya? Sini!” mbak itu menyeret kami ke ruangan yang lovey-dovey. Euww…. Ngapain sih!?
“Ho… Sama, ini pasangan baru? Oke, nak. Disini ada Love contest. Siapa yang bisa berkecup padahal pasangan baru, akan menang!” seru laki-laki. Haa? Yang benar saja!
“Maaf, tapi kami…”
“Tidak pernah…” aku menyambung kata-kata Av.
“Pacaran!” kami mengakirinya berbarengan. Laki-laki itu tersenyum simpul.
“Ah, ah. Ehm. Sudahlah kalian berdua. Kalian nanti juga saling menyukai.” Laki-laki itu tertawa. “Hadiahnya lumayan lho.” Kami berjalan, ditengah malam yang bertaburan bintang.
Dan secara otomatis aku tiba-tiba mendekatkan diri ke Av, dan Av sendiri sudah menyentuh bibirku ini. Apa?! Ciuman PERTAMAKU!? Aku mulai kiranya menyukainya, dan mendorongnya kedinding. Aku tidak ingat apa-apa lagi. Begitu manis.


“Hey, I feel I almost reach you…”
“Then what I can become now?”

“AV!” seruku.
“EH!” seru Av yang tanpa sadar mengucapkan kata-kata itu. “Gomenne, Shinichi-kun. Aku…pulang saja. Aku sakit sepertinya.” Ucapnya.
“Biar aku antar kamu pulang!” seruku cemas. Aku masih ingat, aku baru saja menciumnya.

[Av PO
aku pusing sekarang. Kuputuskan untuk pulang.
“Oh… ariga~” BRUK!


Aku bangun. Aku melihat Shinichi sedang mengecek panasku dengan dahinya. Eugh. Panas.
“Shinichi!” seruku ketika melihatnya. Aku terbatuk. 
“Karena kamu disini…”
“Aku…”
“Kenapa?” tanyaku mencoba berdiri. Shinichi tersenyum.
“Oh”

“Kau sudah bangun?”  Tanya seseorang. Dua orang. Shinichi dan Kaito. Yang mimpi yang mana sih? Aku melihat Kaito merasa bersalah.
“Gomenne, Av.” Aku membuang muka. Pelan. Air mata itu  perlahan-lahan menurun. Aku bodoh.
“AKu mau bicara.” Seru keduanya berbarengan.
“Kau duluan, Kuroba.”
“Kau saja Kudo.”
“Yasudah, bersama=sama”
“Av, maukah kau ke pesta ball bersamaku?” Tanya mereka. Aku mengatupkan mulutnya. Mereka saling bertatapan.

[Normal POV]

Av hanya menunduk. Dia mengamati Kaito yang sangat merasa bersalah. Av tersenyum sedikit demi sedikit.
“Shinichi juga?” katanya membuka mulut.
“E? Ore? Eh…” muka Shinichi blush-ing. Aku tertawa sedikit.
“Sebelum penawar APTX-mu habis, kan?”
“Bukan.” Kata Shinichi. “Aku…aku suka padamu.”


“A….apa!?” Kaito terbelalak. Melihat pengakuan temannya yang lebih dulu. Av terkejut. Dia menatap kearah jendela, lalu kearah mata Shinichi. Dia lalu menoleh kearah Kaito.
“O…oi! Apa sih, kau lihat keaku? Bakka! Apa urusannya?” Tanya KAito, mukanya memerah. Av menghela napas putus asa.
“Mou iyo. Arigatou, Shinichi-kun. Demo…Mouri-san..”
“Ran? She’s only my childhood friend!” seru Shinichi keras.
“O. Yokata. I accept it.” Kata Av, bibirnya bergetar saat berkata itu dan melihat Kaito dalam-dalam. Dia masih tidak mengerti, kenapa setelah kejadian taburan bintang Kaito tidak suka padanya. Dia melihat Kaito berdecak kesal.
“Barou!” Shinichi memeluk Av. Av wajahnya hanya memerah.
“Cih!” Kaito keluar dari ruangan itu.
“Kai…”
“Sh, Av-chan! Ayo pake gaunmu!” Shinichi menutup pintu.


“Mou Sonoko. Aku sudah telepon Shinichi! Katanya dia datang ke pesta ball itu!” Seru Ran bahagia.
“Osh! Makoto juga bisa, lho!” Sonoko tersennyum bahagia. Ran lalu mengerling keatas. Dia lalu memeluk Shinichi yang sudah datang.
“Bakka! Yuk Shin!”
“Maaf aku sudah sama Av!” Shinichi tersenyum lebar. Ran terpaku. Av. Dia melihat Av dengan raut wajah sedih memakai gaun putih biru yang cantik sekali.
“Mouri-san. Gomenne…”
“Apa, sih, yang dimaafin?” Tanya Ran, walau hatinya bergetar. Sedangkan Shinichi hanya menghela napas. Dia melakukan ini agar Av tidak sedih karena perkara Nuki-Kaito. Tapi… dia juga merasakan perasaan aneh pada Av.



Cinderella, who had told too much lies,
Is said to have been eaten by the wolf,
What should I do? Something should be done 
Or I'll be eaten,
Please save me before that.



Saat sedang berdansa, Shinichi mendekatkan mukanya pada Av. Mereka sudah sangat dekat. Ran berteriak dalam hati. Makoto panas dingin. Tapi Av menahan tubuh Shinichi.
“Doshte?” Tanya Shinichi. “Tidak apa-apa, kan?”
“HYAT!” Kaito tiba-tiba menepis Shinichi. Dia memegang lengan Av.
“Maaf, Kudo tapi…” Kaito tersenyum nakal. “Av milikku!” Katanya tersenyum licik.
“Kaito!” seru Av, menangis sambil memeluk Kaito. Ran membantu Shinichi berdiri.
“Maafkan aku, Av. Aku bodoh. Aku cemburu padamu yang dekat dengan Kudo. Dengan bocah Nuki itu. Gomenne. Bagaimana kalau aku sekarang mengambil jatah ciuman keempatmu?!” Kaito menilat lidah nakal dan segera mencium Av .Sonoko tampak terkejut, Ran juga, dan Makoto hanya  menelan ludah.
“BAKKA! AKU NGGAK MENYURUHMU BEGITU!”
“He~ benarkah?”
“BAROU!”
“Sudah!” seru Sonoko.”Ano… Av-san, ciuman keempat?” Tanya Sonoko, menaikkan alis.
“Oh, yang pertama sama orang bodoh yang tadi, yang kedua dengan Nuki, ketiga dengan…” Av ragu ragu. Dia membisikkan kecil ke Sonoko. Sonoko tiba tiba emosinya tidak stabil.
“APA!?”
“SH!” kata Av memperingatkan. Dia hanya blush-ing mukanya. Lalu Kaito tersenyum pada Makoto dan Sonoko.
“Halha, kau sok banget deh Kat!”
“Apa kau bilang!”
“Sok!”
“WeeekkkK!”
Drtt…drtt… hape Av jatuh, dan Sonoko mengambilnya sambil melihat pesannya.

Hey, gimana? Aku cemas padamu. Kau sudah bersahabat dengan Kuroba?

“Nu…ki?” eja Sonoko melihat pengirimnya. Wajah Av memerah lalu merebut ponsel itu.
“Mou, Suzuki-san!” sedangkan Kaito sudah curiga.
“Sahabat!?” Kaito smirk. “DIa ini PACARKU TAHU!”


“Shinichi…” Ran menemui Shinichi diluar. Shinichi menelan ludah.
“Yo, Ran.” Katanya.
“Shinichi kau… suka Av?” Tanya Ran to the point. Shinichi menggeleng lucu.
“Itu acting Ran.” Senyum Shinichi. “Kuroba… dia terlalu malu-malu untuk mengakui perasaannya.”
 Ran terlihat lega. Dia tersenyum menatap Shinichi.
“Yokata… Shinichi….”
DEG DEG! Shinichi tiba-tiba merasakan lagi efek dari antidote. Dia memegangi jantungnya.
“Shinichi, daijobu desuka?”
“Daijobu… Ran.” UGH! Shinichi kembali, dia terjatuh.
“Shinichi! Aku harus membawamu kerumah sakit!”
“SHINICHI!” teriak Av yang lari. Dia lalu memegang bahu Shinichi.
“Shinichi, hayaku. Kochi-kochi. Kaito, kau kesini pake mobil? Ayo cepat!” seru Av gesit. Ran tidak terima ‘saingan’nya mendahuluinya.
“Mau dibawa kerumah sakit? Biar aku!” serunya keras kepala.
“DAME YO! Aku tahu Shinichi. Hayaku. Shinichi…” AV mencoba mengangkat Shinichi, dank e mobil.
“Ja ne~” kata Kaito lalu segera menyetir. Av lalu menelan ludah. Dia menyandarkan kepala Shinichi di pahanya.
“Shinichi… daijobu desuka?”
PSHHH… Conan kembali menjadi Shinichi. Eh kebalik. Dia jadi kecil mungil.
“Aku…kembali.” Kata Conan.
“Wakata. Dasar, kau tidak bawa baju?”
“Ada… ditas,” jawab Conan. “Eto… aku ganti dimana?”
“Disini aja” jawab Kaito jahil.
“Barou~ Nah Shinichi, cepat ganti baju, aku tutup mata” ucap Av sambil tertawa geli. Conan segera ganti baju. Setelah selesai, Kaito juga sudah sampai dirumahnya. Av menggendong Conan.
“Nah, Conan. Oyasumi.”



“Mouri-san?” sapa Av melihat Ran yang sedang belanja baju dengan Sonoko.
“Ukh. Kashiuu-san.”
“AV-chan,, sedang apa disini?”
“Mou, Av! Filmnya nanti keburu mul…” Kaito kaget ketika melihat Ran dan Sonokoo.
“Gomenne, yang waktu pesta ball. Hehe…” Av menunduk.
“Kau sedang kencan?” Tanya Sonoko meledek. Muka Av memerah.
“Eto… itu…err…” Av tidak berkata-kata. Kaito sudah narik tangan Av.
“Barou Av! Cepat dong!”
“Eh..  ja ne!”
Ran hanya sedih.
“Cemburu ya? Pantas kamu cemburu. Hihihi!” tawa Sonoko. GDBUK! DUAAAR!! Tiba-tiba ada seperti bom. Av sedang jalan dan melihat Conan.
“Watchout!” seru Av, memeluk mereka berdua.
“Av!” teriak Kaito. BRUAK! Kaito segera melompat untuk memeluk Av yang sedang memeluk Conan. JHUAR! Mereka mendarat di reruntuhan.
“Daijobu, Av!?” seru Kaito cemas, dia merasakan sakit diseluruh tubuhnya. Av yang merintih, tubuhnya membungkus tubuh Conan sehingga dia tidak kesakitan.
“Av! AV!” seru Conan ketika dia melihat Av. Kaito melotot.
“Barou Kudo! Zetai, zetai! Av, daijobu?”
“Minna kita kepisah! Lihat! Kita….”
“Terjebak di reruuntuhan…”
“Bertiga…”
“Di gedung tinggi ini…”


“Tak… ampun. Kita bisa terjebak juga!”
“Sudah, Kaito. Sekarang kita pikir carakeluar” Av termenung. Dia lalu menghela napas duduk.
“Av-chan!” Teriak Ran. Av bisa melihat Ran.
“Mouri-san! Yokata!” serunya, memeluk Ran.



Ran duduk di café yang cukup besar itu. Dihadapannya ada donat dan teh. Die terus memerhatikan layar handphonenya. Dan datanglah orang yang ditunggu. Perempuan yang rambutnya diikat. Av.
“Mouri-san!” katanya lalu duduk. Dia lalu meminum teh yang tersedia. “Ada apa?”
“Ini…tentang Shinichi!” wajah Ran memerah. “KKau… pacaran dengannya?” BRUATS! Minum yang baru Av minum menyembur.
“Gomen gomen. Aku…” Av tertawa sedikit. “Aku paca… m… dekat dengan Kaito,” Senyum Av. Ran mengangguk saja.
“Tapi… aku… iri padamu. Kau terlihat sangat… dekat dan mengenal Shinichi.”
“Mou iyo, tentulah!”
“Demo…”
“Mouri-san. Daijobu day o. Aku tidak pernah suka Kudo tapi…” drrt. Drt
“Ah, moshi-moshi?” Av mengangkat telepon. “Haik, wakata. Douitashimashte.”
“Siapa?” Tanya Ran penasaran. Av mengangkat bahu.
“Biasa, Kaito. Aku sudah janjian dengannya pulang bareng habis sekolah.” Av tersenyum pada Ran.
“Kau bohong!” Kata Ran.
“E?”
“Itu bukan dari KUroba-kun!”
“E..??”
“Baiklah. Aku memang bohong. Itu dari Nuki.” Aku Av. Dia menerawang.  “Kau tahu dari mana aku berbohong?”
“Karena…  kau menggunakan bahasa yang sopan, Av-chan” balas Ran. “Kau… tidak mencintai Nuki-san..” Av terpaku.

“Oke. Mouri-san. Aku ingin kejelasan. Kau mengundangku kesini untuk apa!?” Av duduk lagi dengan ekspresi frutstasi.
“Gomenne, Av-chan. Shinichi sepertinya… menyukaimu.”
Av terpana. Lalu dia tersenyum lebar, duduk di bangku.
“Kaulah cinta pertamanya…”Mata Ran terbuka lebar.
“Benarkah itu?”
“Tentu saja!” Av tersenyum.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar