Jumat, 18 November 2011

Sick

Bertema gaje dan terlalu biasa, tapi bacalah. :)






-------------------------------------------------------------


Sick,



Shinichi& Av Story 2: Sick

Viei, kakak perempuan Av cemas karena Av hari ini sakit. Maklum, dia harus segera pergi dengan Aka Hounto, ‘teman’nnya. Kemudian dia tahu siap yang dia harus telepon.
“Kenapa kamu yang muncul?” ejek Av sambil terbatuk-batuk. Dia merebahkan diri. Shinichi hanya menatap sinis.
“Ibu menyuruhku kesini juga. Eh dia… aku harus jaga kamu. Nah, kamu mau makan apa?” Tanya Shinichi sambil mulai memakai celemek. Av tertawa. Dia lalu bangkit.
“Biar aku yang masak.” Katanya mengulum senyum. Pagi yang hangat. Dan mereka sibuk bercanda sambil memasak.
“Ini dia Shini…” Av jatuh. Dia pusing.
“AV!” seru Shinichi panik. Dia segera membopong Av ke kamar.



“Sudah banguun?” Tanya Shinichi pada Av. “Ayolah, makan. Aku tidak mau kau sakit, gara-gara aku. Ayoo.”
Av mencoba bangkit. Dia setengah menutup matanya.
“Aku suapin deh,” ucap Shinichi gigih.  Av mukanya memerah lagi.



Av POV


Aduh. Si Shinichi ini! Kenapa dia harus menyuapiku sih? Nggak banget deh. Yasudah. Sendok itu melaju kearahku. Aku menelan makanannya. Kemudian dia menyuapiku sampai hampir habis. Aku menolak untuk menghabiskanya.
“Sudah ah, kenyang.” Tolakku pada Shinichi. Shinichi tersenyum saja.
“Yasudah, buatku saja.” Katanya sambil menyendokkan makanan dengan sendok yang dipakai tadi. Tunggu. Ada yang janggal. Itukan CIUMAN TAK LANGSUNG? Panik. Aku .lalu mencondongkan tubuhku kedepan, malah menabrak Shinichi, dan dia jatuh, aku berada diatasnya.  (Di ranjangku) Psh, mukaku memerah. Wajahnya begitu dekat. Tapi karena tubuhku yang lemah ini, aku tidak mampu bergerak.
“Maaf,” kataku menggebu. Shinichi mengangkat bahu.
“Tidurlah. Aku tidak apa.”
Serius, hal paling memalukan. Aku lalu melingkarkan lengankukeleher Shin, baru bisa tidur. Dan aku tertidur.


Aku mengerjapkan mataku. Shinichi masih dibawahku! Glek… sekarang jam berapa? Siang.
“Ano Av, kenapa kau tadi mendorongku?”
“Karena tadi kau hampir ciuman tidak langsung.” Kami terdiam. Shinchi tertawa tertahan.
“Bagaimana kalau sakitnya untukku saja? Biar kau bisa bangkit.” Usulnya. Belum sempat aku menolak, dia sudah melingkarkan sebelah lengannya di leherku dan segera menciumku lembut, namun lama-lama kasar. Aku … tidak tahu. Aku memalasnya, tentu.



Normal POV

Tidak sengaja, lidah Av bertemu dengan lidah Shin. Segera saja Shinichi memmbuat ttindakan dengan memasukannya. Setelah butuh oksigen,mereka saling melepaskan, tubuh Av jadi enteng. Dia segera bangkit dari tubuh Shin. Mereka bertatapan. Lalu tertawa.
“Sekarang aku merasa sudah sehat!” tawa Av.
“Benarkah?”


Esoknya, seperti biasa Shinichi berangkat bersama Ran. Ran melihat wajah Shinichi yang unpredictable. Sonoko pun datang.
“Kau kenapa Shinichi?” Tanya mereka. Shinichi baru ngeh 5 detik kemudian.
“Eh? Nggak apa-apa.” Jawab Shinichi. Sonoko mulai berlagak seperti detektif. Pasti ada yang lain.


Di sekolah, Shinichi langsung menghampiri  Av dan menundukan kepalanya.
“Maaf!” serunya. Av tersenyum, menepuk bahu Shinichi.
“Kau kepikiran terus? Sama denganku. Sudah. Lain kali mungkin bisa.” Jawabnya dengan senyum nakal kemudian pergi. Sonooko tiba-tiba tahu. Waktu Shinichi datang, Sonoko menodongnya.
“Kau habis ciuman kan!?” serunya keras. Ran langsung sweat drop mendengar ini. Dia menatap Shinichi penuh harap.
“Err… tadi? Tidak!”
“Bukan, kemarin! Lihat bibirmu yang sedikit bengkak dan cewek tadi juga. Jujur!” bentak Sonoko. Ran menatap penuh harap. Shinichi mengangkat tangan.
“Aku menyerah. Ya. Bagaimana kau bisa tahu?” Tanya Shinichi, disambut wajah puas Sonoko dan air mata Ran.
“Kau ganas sekali menyantapnya, bisa dibilang.” Simpul Sonoko. Ran lalu menatap Shinichi sedih. “Apa hubungan kalian, mohon jellaskan!” Ran tercekat. Shinichi bingung.
“Ah, halo Mouri-san. Aku baru mau mengajak Shinichi ke…”
“Av, kita pacaran, kan?” Tanya Shinichi tiba-tiba ke Av yang baru datang.
“He?” Av bingung. “Iie…” melihat wajah Ran sialan yang lega itu, Av jadi kesal. “Iya,!” serunya. Shinichi tertawa.

1 komentar: