Jumat, 25 November 2011

Suki; Chapter 15

Sori ada kesalahan -,-"" ini chapter 15= nya





Chapter 15:  The Lost Princess


“Eeee?” Tanya Av yang tidak setuju dengan ini. Dia lalu mencoba memelas, meminta dukungan Shinichi dan Kaito yang angkat bahu saja. Maka, Av hanya memerhatikan perempuan yang satu ini. Dia mirip dengan Shiho, tapi mungkin lebih manis lagi. Dia menatap Av dengan tatapan ‘cepat-ceritakan-ata-kau-mati’
“Baiklah. Tapi, memang satu kelas mau mendengarkan?” Av akhirnya memutuskan. Perempuan itu berteriak agar teman-temannya mendegarkan Av.


Flashback

Keia, selaku ketua kelas, meminta pendapat bagaimana naskah yang dibuat Megumi.  Para anak lumayan ribut.
“Oke, ini kubacakan ceritanya. Suatu hari, ada seorang putri yang mencintai pangeran. Pangeran itu, juga mencintai putri. Tapi ada yang iri melihat mereka, yaitu pelayan dan kakak si sepupu. Pelayan menyatakan cintanya pada putri, tapi si putri bingung. Kakak si sepupu iri karena dia menyukai pelayan, tapi akhirnya dia menikah dengan pangeran lain.  Kemudian, disini putri diserang oleh sepupunya yang iri. Dan, si pangeran menyembuhkannya dengan ciumannya. Saat dia bangun, dia menikah dengan si pangeran. Tapi pelayan itu ingin sekali menyatakan cintanya skali lagi” Keia menceritakannya pada seluruh kelas. Akhirnya, mereka harus memilih pasangan bagi yang mencalonkan sebagai putri pangeran untuk acting. Av mengajak Kaito uuntuk paring duluan, dan Kaito setuju. Mereka berakting.

“Pangeran, aku sangat mencintaimu. Tapi kenapa?” Tanya Av, menangis.
“Aku tetap tidak setuju!”
“CUT!” seru Keia. “Oke, nanti kuumumin. Silahkan semuanya pulang!”



“Putri… AVEII KASHIUU…. PANGERAN…. SHINICHI KUDO… pelayan… Kaito Kuroba… sepupu… Aoko Nakamori…” Keia menyebutkan nama-nama itu, sambil menulis di papan siapa saja yang akan bermain. Av mendengus mendengar Kaito tidak menjadi pangeran. Tapi dia tetap tersenyum manis pada Shinichi. Dan pementasan dimulai.


“Apakah dia pangeran dambaanku?” Tanya Av. Dia lalu meraih tangan Shin. Shinichi mengelusnya.
“Aku…mencintaimu putri,” dia menunduk. Av memeluknya. Dia berbisik.
“Aku juga Shinichi…” bisiknya. Shinichi kaget, karena dia bukan berbicara pada si ‘pangeran’ melainkan ke dia. “Aku juga pangeran… aku sangat mencintaimu.” Mengatasi kekagetannya, segera saja Shinichi mengatakan dialog lagi.
“Baiklah.. sampai disini dulu.. aku harus pergi, putri.” Shinichi melompat. Av melelehkan air mata.
“Pangeran…”
“Aku akan menunggumu.” Dan Shinichi kebelakang panggung. Disitu Kaito keluar.
“Putri.” Mukanya memerah luar biasa. “Anda… mencintainya?” Av menoleh pada Kaito.
“Sada… (nama pelayan) Tentu saja.” Av duduk di tempat tidurnya. Sedangkan Kaito berada di kaki Av.
“Tapi… saya mencintai putri!” ungkap Kaito. Av tersenyum. Dia lalu menepuk bahu Kaito.
“Aku juga sayang Sada” Av tersenyum.


“Oh putri… kenapa kau sakit?” tangis Shinichi. Av terdiam. Harusnya, dia dicium  oleh Shinichi. Dan Shinichi mendekat, mendekat tapi Kaito dengan wajah merah padam melompat ke panggung.  Disertai pekik terkejutan penonton, Kaito tergagap.
“Putri! Aku… aku…” dan Kaito mendorong Shinichi yang sudah sangat dekat. Dia kemudian segera mendekatkan wajahnya. Dan dia mencium Av! Av membuka matanya.
“Kaito!” katanya tertahan. Terdengar penonton bersorak-sorak.
“Sada! Kenapa kau…?” Tanya Av bingung. Kaito menunduk.
“Maaf putri… tapi!”
“Dia sangat mencintaimu.” Tambah Shinichi. Shinichi lalu memeluk Av.
“Kau memilih siapa?” DENG DENG DENG DENG! AV menunduk.
“Pangeran.”
GLEGAR!
                 

“Dan keduanya dipersilahkan berciuman.” Ucapnya. Sekali lagi penonton dibuat kaget, tapi Av dan Shinichi akhirnya mendekat dan bibir mereka bersentuhan. Sorak sorai lagi.


[End of flashback]
                 
Semua yang disitu meramai. Kaito cuma bisa mencibir.
“Haaa? Jad…jadi To-san malah mencium Ka-san!?” teriak Shin.
“Oi Oi aku juga!” protes Shinichi. Perempuan itu, tersenyum saja.
“Gampang ditebak. Shin, kau tidak berbakat jadi detektif sama sekali, sih! Lagian, Kaito-jii-san tidak bilang kalau dia tidak mencium Av-jou-san. Jadi pasti dia juga menciumnya!” anak itu memberi kesimpulan. Shinichi menempuk bahu anak itu.
“Benar, nak. Namamu siapa?”
“Nina Shubara. Yoroshiku, Kudo-jii-san.” Shinichi tersenyum.
“Yoroshiku.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar