Selasa, 22 November 2011

In the Rain; Where the love grow (Av and Kaito)

^_^" Paling suka bagian hujan-hujanan! Aku discuss sama temen tuh! HEhe READ READ! Ini kisah awalnya mereka saling ME-U-KA-I




-----------------------------------------------------------------------------------
In the Rain



In the rain; AV POV

Menyakitkan, kau tahu. Ketika kau harus diam saja. Aku tidak peduli. Aku tidak suka siapapun saat ini. Aku hanya bisa mencibir setiap orang bodoh itu (Kuroba dan Nakamori) bertengkar. Si Nakamori kalau mau si Kuroba kapok, di DIAM AJA SEHARUSNYA!? Gimana sih! Payah, kan? Huh, silahkan saja kalau mau memakiku. Payah. Huh. Hari ini aku teringat lagi masa laluku.

“Aku mau setiap hari disisi Av.”
“Av juga mau!”

! Aku tersadar kembali. Aku bodoh, bodoh. Memang kenyataannya begitu. Aku membereskan segala sesuatuku. Aku terlalu banyak ngelamun. Payah.

“Aku akan mengantarkanmu ke bandara.”
“Benarkah? Kau begitu baik!”
“Untuk Av-chan, kenapa tidak?”
Sialan, kepikiran lagi. Oke, berhenti, oke? Aku tidak suka kalau kau menatapku begitu. Aku kesandung. AW! Dan sekarang, aku ke loker dan melihat si sialan Kuroba lagi. Huh.
“Kashiuu! Pulang sore?” tanyanya. Aku hanya mengangguk dingin. Buat apa sih, nanya-nanya! Urusan?

“AV!”
“TIIDAAAKKK JANGAN!”
“AKU MENYESAL! MENYESAL!”
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA”

DEG! Aku terdiam, dan hapeku terjatuh. Bersama tasku. Aku masih dialam yang lain ketika mendengar itu. Kudengar Kuroba membantuku.
“Ie, Kuroba-kun. Tidak usah.” Kataku, ikut jongkok. Baru kali ini aku memerhatikan wajahnya. Begitu dekat.
“Ne’ ja ne!” katanya lalu pergi setelah membantuku. Merepotkan.


Kali ini, aku sedang memakan yoghurt. Dan aku tersenyum riang, dan tiba-tiba…

“Av, aku sayang Av”
“Mukanya Av merah tuh!”
“Oh, kenapa harus sama dia?”
“Eeeee?? Aku sama dia nggak pacaran!”
“Selngkuh!”
“Cieee…”

BRUATS! Menyemburlah Yoghurtku. Kena siapa? KUROBA! Dia hanya tersenyum seperti biasa. Aku--- mukaku memerah, HAH?
“Gomenas—Summimasen!” kataku menunduk. Menyesal. Dia tersenyum.
“Nandemonai. Tidak apa-apa kok!” katanya. Aku menunduk, lalu mencari saputangan, dan mengelap rambutnya.
“Hountoni Gomenasai!” Seruku menyesal. “Aku memikirk..”

“Av, Jangan!”
“BERTAHANLAH! JANGAN PERGI, JANGAN!”
“Aku tidak bisa menemanimu lagi.”
“AKu pergi.”
“TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAK”

Tubuhku beku lagi. Kuroba memerhatikanku. Aku lalu sadar. Lalu menyesal.
“Maaf!” Aku segera mengelap dan pergi. Oh, sial. Kenapa malah memikirkan itu.


GYYYYYUUUUUUUUUUUUUUURRRRRRR!
Ah, hujan. Aku harus cepat sampai di rumah. Viei nii-chan sudah menungguku. Saat sedang mengambil  tas, terbayang lagi.

“Jangan.”
“Hehe… dasar menyebalkan!”
“SUDAH!”
“AKU BENCI!”

gyurr… aku terguyur. Aku tidak menyadarinya. Tiba-tiba ada yang memayungiku. Aku melihat kebelakang. Kuroba! Dia memayungkiku dengan jaketnya. Aku jadi tidak enak.
“Tidak usah,” kataku mencoba menghindar, tapi setiap kena hujan deras, aku bersin. Uh…. Sial banget, enggak mendukung. Aku tersenyum.
“Terima kasih Kuroba,” ucapku, lalu mendekatkan diriku padanya. SEKALI LAGI, jangan pikir yang aneh-aneh! Kami berjalan tanpa berbicara. Brr! Tanganku kedinginan. Kugandeng tangannya. HAH!? Aku segera melepasnya. Wajah Kuroba terkejut dan memerah. Aku memeletkan lidah bercanda.
“Berteduh dulu,” usulku, lalu kami menuju Halte terdekat. Aku tersenyum pada Kuroba. Aku melihat matanya, dan dia menyadari aku memerhatikannya.
“He? Ada apa Kashiuu-san?” Tanya Kuroba. Aku hanya menelan ludah.
“Anno~ Aku…er… terima kasih!” Aku memberanikan diri. Dia tertawa renyah. Lalu dia menggandengku, dan memayungiku. Hujan turun sangat deras, jadi kami beristirahat di rumahnya. Oh, ini rumah Kuroba… aku hanya menelan ludah, ketika diajak masuk.
“Summimasen,” kataku. Kuroba senyumnya mengembang, dan dia masuk.
“Kau kedinginan, kan? Ini, pakai bajuku saja. Roknya juga,” Kuroba menyodorkan celana dan rok. HAH? Aku meliriknya tajam. Kau, kan tahu dia tukang ngintip! Dia tersenyum jahil.
“Dikit aja Kashiuu!”
“TIDAKKKK!” Aku memeletkan lidah, kemudian mengunci pintu. Aku segera ganti. It suit’s me… Aku keluar, dan dia menoleh.
“Bagus, dan ayo kerumahmu.” Katanya. Aku tersenyum.
“Terima kasih Kuroba.” Aku lalu menuruni tangga dan segera keluar. Hujan masih lebat, tapi akhirnya aku melihat Viei nii-chan berkacak pinggang.
“Yokata, Av-chan! Lho, ini siapa? Pacarmu?” ledek nii-chan. Aku hanya memerah.
“Dia ini suka ama temen kecilnya kali.” Desisku pelan. Dia terkejut, tapi mengangkat bahu.
“Terima kasih ya!” balas Nii-chan. Kuroba mengangguk. Aku masih memikirkan ini.



Esoknya, aku sakit demam. Huh~ Ini gara-gara kemarin, sih ya. Aku tertidur, sampai sorenya ada yang mengetuk pintu kamarku. Mataku terasa berat untuk dibuka. Aku melihat Kuroba. Aku tersenyum.
“Kau datang?” tanyaku tidak sopan. Kuroba duduk di samping ranjangku.
“Maaf, aku yang menyebabkan semua ini. Aoko juga tidak tahu,” ungkap Kuroba. Aku tertawa kecil.
“Tidak apa, aku hanya…”

“Av, jaga dirimu,”
“Aku mencintai dia! KENAPA!?”

Aku terdiam. Terbayang lagi.
“Apa yang membuatmu beku begitu?” Tanya Kuroba. Aku terbatuk.
“Memories,” jawabku dalam bahasa inggris, dan lalu aku benar-benar tidak kuat, dan tertidur. Aku merasakan dia menekankan dahinya pada dahiku. Aku berkata pelan
“Kaito… tetaplah disampingku… selamanya…” kataku.




Esoknya, aku melihat Kuroba di depan gerbang rumah. Nii-chan sudah meledek yang tidak-tidak. Aku tertawa kecil.
“Berangkat?” tanyaku, lalu kami berangkat bareng. Aku memandangnya.
“Kenapa tidak sama Nakamori-san?” tanyaku. Kuroba terus menatapku.
“Apakah kamu…. Suka aku?” Tanya Kuroba.
“Apa!?” aku terkejut.

“Aku suka Av-chan”
“Kalau begitu, terus sama aku, ya.”
“Apakah ini cemburu?”
“Aku tidak suka padanya! Tapi aku merasa…”


Aku kembali tersadar, lalu menggenggam tangannya.
“Tetaplah bersamaku Kaito.” Bisikku lembut, menyebut namanya.
“Av…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar