Jumat, 18 November 2011

I did this for you

Halo Halo ^_^ Ini selingan SUKI, dari pagi tadi mau bikin story mirip Hell Girl... inspirasinya dari fanfiction.net jadi ada yang tulis juga kea gini... tapi mereka bukan kakak beradik, akhirnyaaaa ^O^ 
Mohon para ShinRan segera angkat kaki. Kehadiran kalian tidak diterima! #Serius Lho#


Well, cukup itu aja deh, pendahuluannya. Ini judulnya I did this for you, langsung OWARI. :D Kalau Suki sih, omakenya sejibun >_>"" penggemar Suki, *ceileh* jangan khwatir fanfict itu mati. Omakenya banyak~~~ nggak kutulis Owari juga sih. Oke?? Sekarang nikmati ShinShi ini.  I own Rum.


---------------------------Copyright Hell girl-----coppyright fanfict.net----------------------------------------------

I Did this For You




Owari story.



Ran menutup pintu pagar. Dia kali ini sudah bertekad melupakan Shinichi. Bahkan dia menyetujui usul Eri agar setelah lulus dia akan bertunangan dengan dokter Araide.  Sudah tidak ada lagi yang digelisahkan. Conan-pun setuju, dan tampak agak senang-senang saja. Ran berpikir bahwa pasti Conan sedang menyukai seseorang. Dia merasa cemburu, tapi biarlah. Dia menengok, melihat perempuan berambut pirang pendek menghampirinya dengan tatapan senang-lesu begitulah. Dia mencoba tersenyum.
“Kau jadi tunangan?” Tanya Sonoko sambil berjalan, lalu mereka membelok. Ran mengangguk pasti.
“Ya, tiada guna.” Jawab Ran. Sonoko terdiam. Mereka sudah sampai di sekolah, dan kaget melihat Shinichi. Ran sudah berjanji pada ibunya agar tidak ngomong mendalam dengan Shinichi. Sikap Shinichi-pun biasa saja. Dia menerima SMS, Conan akan ke amerika. Dia tambah sedih.
“Ran, halo,” sapa Shinichi biasa, lalu duduk di mejanya dengan unknown girl. Dia berambut coklat-pirang. Ran tambah iri dan cemburu.
“Pagi, Shinichi.” Ran mencoba membiasakan. Shinichi hanya mengabaikan sapaan Ran. Lalu Shiho duduk.
“Pagi Mouri-san. Omedeto, kau pacaran dengan Araide-sensei soukka ne!” Seru Shiho tersenyum datar. Ran terkejut Shiho bisa mengetahuinya. Saat jam istirahat, Ran menarik Shinichi.
“Dia siapa?” tanyanya penasaran dan cemburu. Shinichi mengangkat bahu.
“Dia teman masa ‘kecil’ ku,” jawab Shinichi. Ran tidak percaya.
Aku yang teman masa kecilmu kan?” Ran memastikan pendengarannya berjalan baik.
“Tidak, dia juga. Dah.”


Shiho POV

Hari di sini menyenangkan juga. Aku dekat dengan anak yang bernama Yoshino Hakuo. Dia keturunan amerika, sepertinya. Dia tersenyum terus padaku. Saat aku berjalan sendirian, dia menghampiriku.
“Miyano, kau cakep. Jadi pacarku, ya?” Tanya Yoshino. Aku heran. Lalu mengangkat bahu.
“Besok ya.” Jawabku lalu segera menghampiri Kudo yang duduk dengan Mouri. Aku menarik lengannya.
“Hayaku,” ucapku. Kudo mengangguk, lalu mengikutiku. Dia berjalan seperti biasa.
“Kudo, aku ada yang nembak aku,”ungkapku jujur. Kudo batuk. Dia membesarkan matanya.
“Soukka ne, hebat! Cerita-cerita ke aku ya!” Kudo tersenyum.
“Oke deh, tapi kalau ada waktu!” senyumku. Kudo jadi tambah dekat denganku, sepertinya.



Yoshino saat itu sedang nge-date denganku di taman bermain. Secara, aku tidak terlalu suka padanya, tapi aku menerima. Kami seperti teman biasa, padahal sepasang kekasih.
“Shiho, ketempat sepi.” Ucapannya membingunkan. Jadi kami ketempat sepi. Saat itu, dia memborbardirku dengan pistol.
“Aku Rum, black organization,” katanya seram. Tubuhku terasa kataku. Aku menelan ludah.
“Mantan sebenarnya. Aku menginginkanmu. Jangan dekat-dekat Kudo lagi. Kalau tidak, nyawa Kudo terancam!” ancam Rum. Aku takut. Takut Edogawa atau Kudo. Aku sayang padanya. Tidak boleh! Aku lalu mengangguk.
“Nah, gitu dong” dia mencium dahiku. “Shiho.”


Begini yang aku tidak suka. aku menjauh dari Kudo. Setiap dia sapa,a aku menjauh. Mouri-san jadi pasang muka menyebalkan. Demi Kudo… Suatu saat, aku berjalan. Aku melihatnya. Kudo.
“Miyan-san!” dia menyapa. Oh tidak. Aku tersandung saat mau berlari. “Kau menghindar dariku, ya?” aku menatap matanya, dan menangis perlahan-lahan. Dia membantuku berdiri.
“Pacarmu?” dia menebak dengan tepat. Aku menangis. Aku tidak kuat lagi. Dan tiba-tiba, Kudo terserempet truk. Kulihat Rum didalamnya. Aku telat. Aku segera mengejar truk itu. Aku lompat ke truk. Kulihat dia memaki, mengeluarkan pistolnya. Aku tidak pedulii sekarang. Tidak, peduli titik. Aku menegejar Rum. SIalan. Dia menembak, tapi meleseet. Aku lalu berjalan, tanpa sadar syalku jatuh menutupi matanya. Aku lompat, dia tidak sempat. Dan DUAAAARRRRRRRR! Truk menghantam dinding. Untung tidak ada yang meninggal. Hanya si rum. Rum sialan. Aku menghela napas. Cepat cepat aku berlari kearah rumah sakit, Kudo kan kerumah sakit.
“Shinichi Kudo, kamar nomor?!” Teriakku. Resepsionis langsung menyebutkannya. Dokter sampai kaget .. Aku kemudian sampai di ruang Kudo. Dan aku membukanya. Kudo. Disana. Aku melihat Kudo menatapku lemah.
“Maaf Kudo! Rum dia—memaksaku untuk tidak dekat denganmu! Su…sumimasen!” aku menangis. Aku bodoh. Bodoh. Kudo tersenyum lembut. Aku tidak….
“Aisheteru!” Ucapku tanpa disangka-sangka. Sialan, aku bodoh. Bodoh.  Wajah Kudo jadi kaget. Aku tahu. “Lupakanlah,” aku menghapus air mataku. “Lupakanlah.” Aku  duduk. Kudo mencoba mengangkat tangannya.
“Shiho, aku juga menyukaimu. Jauh sebelum menjadi Shinichi. Sejak jadi Conan.”
“Benar?” mataku membulat, keceplosan. 5 centi. 4 centi. 3 centi. 2 centi. 1 centi. 0. Centi. Sebuah ungkapan yang lembut, tidak meminta lebih. Aku menangis. Aku tahu da dapat merasakannya. Paling tidak, untuk sekarang ini.
“Shiho…” dia tersenyum lagi. Kami hanya melakukan yang ringan… kalau yang berat, biarlah nanti setelah dia keluar rumah sakit.

                                                                                          [Owari]

Gimana? Bagus nggak? Yak, aku senang sekali1 Diharapkan masukan ^_^ tidak menerima ShinRan maupun KaiAoko... ^O^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar