Jumat, 11 November 2011

Suki; Chapter 8

Ketemu lagi! Chapter 8 makin semarak! Mereka manikah! Yeayyy #bawa toa




Meitantei Conan milik Aoyama sensei ne!






##################################################################################





 Chapter 8; Who Are You?
Chapter 8

Normal  POV


Sudah setahun berlalu. Sekarang, Kid sedang mencuri Kizu Kotoba, permata bertuliskan Kiss, diukir indah di batu mulia merah. Dan kini Kid diatap. Dan segera, tentu saja––– Conan datang.
“Sudah kuduga, Kid.”
“Wah, wah tantei-kun.” Kid berbalik. Kemudian…
“Kau menetapi janjimu?” seseorang, memakai tuxedo hitam, celana hitam, memkaai topi.
“Siapa?” Conan waspada. Kid juga. Orang itu tersenyum. Dia mendekat ke Kid, lalu menyentuh bibirnya, hanya bersentuhan, karena mulutnya terkatup.
Kid segera menghindar. “Aku bukan Gay!” bentaknya.
“Sayangnya aku bukan laki-laki…” dan Orang itu melepas topinya. Rambut panjangnya berkibar.
“Apa kabar, Kaitou Kid??” Kid dan Conan ternganga. Tidak salah lagi… Kashiuu Avei! Kid kaget. Kid memang tidak mencium siapapun, bahkan Aoko yang kesal dengannya. Kid tersenyum arogan.
“Menghilang, tiba-tiba muncul. Hebat.” Kid bersikap dingin.
“Sayangnya, batu mulia itu ada di tanganku” dia menunjukan Kizu Kotoba itu. “Tenang saja Edogawa. Selamat tinggal.”



Kaito POV

Aku tidak mempercayai mataku. Tadi malam, baru saja aku bertemu Av! Aku  bimbang. Apakah dia akan datang? Aku berjalan dengan Conan, tentu saja. Dan ada penjual Koran.
“Selamat pagi,” katanya. “Koran?”
“Domo,” kataku, mengambil satu.
“Ambilah, gratis. Saya pergi dulu ya, sebentar.” PLUK! Conan mengambil kertas yang jatuh.


Bagaikan Romeo yang bertemu Juliet
Aku akan menemuimu jam 9 saat bersinarnya cinta mereka
B. A.


“?” aku bingung. Conan membulatkan matanya, dia menangkap sesuatu.
“Itu Av! Lihat! B. A. itu black angel. Nah, pasti Av. Tapi itukan jam sekolah,” komentar Conan.  Mataku membulat.  “Dan ini, pasti dia akan menemuimu taman dekat sekkolah.”



Kini, sudah jam 9. Jujur, ya. Lalu aku segera mengangkat tangan.
“Sensei, bolehkah aku keluar mungkin sekitar 1 jam dengan Edogawa-kun?” Tanyaku. Sensei membulatkan matanya.
“APA!?” Sensei marah. Tapi aku yang lihai menggandeng Conan dan segera keluar kelas. Hakuba meirikku dengan tatapan curiga. Aoko samar-samar berteriak, “Barou~ ini ditengah pelajaran!” Aku sampai di taman. Dan kulihat dia. Wajahnya–– berubah. Dia tersenyum misterius.
“Kuroba,” aku mengernyit. Dia memanggilku dengan nama belakangku. “”Kau tepati janjimu?” senyum Av. Aku mengangguk. Conan menelan ludah. Lalu Conan mulai melihatnya. Biasa, dia memakai tuxedo hitam, memakai kacamata. Dia terlihat seperti laki-laki.
“Ah… untuk itu kita harus membuktikannya, bukan? Shinichi, kemarilah.” Conan beranjak dan mendekat.
“Kau menghilang, kau sendiri juga?” aku menjulurkan lidah. “Kau dengan laki-laki lain?”
“Wah, kau harus berterima kasih,” Av terlihat beda. Pakaiannya… dia lalu memberi Conan amplop.
“Proposal?” aku keceplosan. Aku ditimpuk Conan. Lalu Conan membacanya.
“Penawar APTX 4869! Keren! Dan…. Informasi tentang kawanan baju hitam?” Conan terpekik. Aku hanya menatapnya.  Lalu dia menyerahkanku amplop. Aku membukanya. Informasi berlian-berlian yang kiranya membuat ayaku terbunuh. Av tersenyum saja.
“Kukira itu saja. Kepergianku hanya untuk mencari ini. Sekarang, aku akan melanjutkan sekolah di amerika. Mungkin aku bisa bertemu Shiho, dan yang lain.” Dia lalu melangkah. Aku menahannya.
“Avei…” Aku berbicara. “Kenapa kau menghilang?”
“Kan sudah kubilang. Aku mencari informasi. Yang susah Shinichi. AKu harus bergabung dan berkhianat.” Senyum Av. Jadi, karena dia tergabung oleh kawanan berbaju hitam dia jadi dingin begini? Aku merobek tuxedonya. Dia memakai kemeja dan dasi.
“Aku…” dan aku membungkam mulutnya dengan mulutku sendiri. Sudah lama aku tidak merasakannya.
“Oi,” Conan menyadarkan. Lalu Av melepasku. Lalu dia membuka kemejanya. Kaos yang biasa kulihat.
“Kau masih sama saja, Kaito!” dia memelukku.. “Conan, sebenarnya aku tidak masuk. Aku dikasih tips dikit ama Vermouth. Baik juga dia.”  Av tersenyum.
“Kaito, aku betul-betul merindukanmu. Sahabatku, Yoi! Gimana kalau nanti kita makan ikan bakar?” APAA?? IKAN?
“IKAN?” aku berteriak. Av tertawa menggoda.
“Ngak apa-apakan? Sehat, banyak protein.”
“Nggak mau…”
“Hahahah…”
Conan, aku dan Av tertawa. Dan Hakuba datang.
“Jadi… kau kembali,” katanya dingin pada Av. Aku hanya bisa cemberut. Av membentuk tangannya jadi kata piece.
“Peace Hakuba! Memang kenapa?” Av memeletkan lidahnya. Hakuba menggelengkan kepalanya.
“Kau membuat sengsara seseorang,”
“Tapi sepulangku aku membawa kebahagian 5 orang lebih,” jawab Av meyakinkan.
“Kaito, Conan, ayah, ibunya, ai, professor, dan banyak lagi! Kau tidak tahu apa-apa!” Av tertawa terbahak. Aku pun mengatupkan mulutnya dengan tanganku.
“Begitu,” Aoko muncul. “Pantas Kaito semangat.” Aoko henye melirik sinis. Woy, ini bertengkar mulu. Lalu Av tersenyum pada Aoko.
“Kenapa?” aku sudah tidak sabar lagi. Kemudian aku menarik Av, dan ke tempat sepi.


“Av…”
“Ya Kaito?”
“Kau suka padaku?”
“Cinta, mungkin”
“Kau mau jadi tunanganku?”
“BRUUTTSS” air yang sedang diminum Av menyembur. Memang, aku mengajaknya dinner. Bagus, kan? Dia lalu mengelapnya dengan saputangan.
“Kid memang bakal punya nyali? Sebentar lagi ujian lho,”
“Maka dari itu,” aku mengunyah kentang. Lalu kuambil daging asap. Av menatap mataku, dan tertawa sejenak.  Conan melirikku dengan tatapan ‘awas-kau’ dia tidak jauh disana, dengan Haibara. Av tertawa.
“Kalau mau tunangan, kau harus makan ikan.” Senyum Av. Glek… ikan? Iewh… menjijikan gitu.  “Bercanda, bercanda. Tapi bagaimana menurutmu? Maksudku, penampilanku.”
“Aku bahkan tidak menyadarinya,” aku mengunyah dagingku. Ya, tidak menyadarinya. Bahkan kukira dia laki-laki. Lalu dia memegang tanganku.
“Hangat,” gumamnya. “Jujur, kau begitu tampan Kaito. Kau tidak tahu, kan aku dari mana?” Aku menggeleng. Aku (blush) ing karena mengatakan aku tampan.
“Siapa peduli, ya, aku dari mana, ya?” Av lalu tersenyum lebar. “Menurutmu, kekuranganku apa?”
“Kau kadang terlalu dingin, mengacuhkanku,” akuku. Mukaku memerah. Av mengangguk.
“Oke, cukup. Terima kasih.”
“OY!” Aoko muncul lagi. Sialan, dia penguntit. Dia melihat wajahku, yang memerah. Av lalu bangkit.
“Kau mau apa?” Tanya Av. “Kalau kau cinta, nyatakan cinta. Cepat!” Av menyipitkan mataanya. Aoko bungkam.
“Bakka! Baiklah. Kaito, aku memang cinta kamu.”
“Sayang, Aoko. Kita haya teman masa kecil, kan?” aku tersenyum kecut. Memang, hatiku telah direbut Av. Sialan, padahal aku yang pencuri disini. Aoko tampak sedih. Dia menangis. Hakuba datang untuk menghiburnya. Cih, biarkan saja. Loh, kok aku kesal? Apakah aku suka dengan Aoko?
“Kau suka dengan Aoko,” ucap Av pelan, menyadari kepergian Aoko. Shimata! Dia bisa membaca pikiranku? “Sudah kuduga, tentang pertunangan ini kau tidak serius Kaito,” lalu dia mengambil tasnya. Shimata! Aku salah! SALAH!
“Maaf,” ucapku. Dia membuang muka. Sepertinya, pertengkaran kami jadi sorotan orang-orang yang duduk yang lumayan dekat.



Av POV


Dia menarikku ke panggung dinner malam itu. Lalu dia berlutut, menyerahkan box merah beludru.
“Maukah kau tunangan denganku?” Tanya Kaito. Hatiku berdebar keras. Wajah Conan mengeras. Semua yang di ruangan terdiam.
“Setelah semua ini?” tanyaku. Kaito mengangguk. “Bisakah kita berpacaran dahulu?” tanyaku.
“Bukankah kita sudah?” Kaito tersenyum. Dia mengambil cincin itu, dan meraih tanganku. Dia memasukkannya.
“A..aku…,” aku kehilangan kata-kata. “Bersedia.”
Riuh tepuk tangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar